Mohon tunggu...
Jawanri Citra Situmorang
Jawanri Citra Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Mencintai Hikmat-Nya

ingin terus belajar, selama Tuhan masih berkehendak....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dan Keluarga

3 Juni 2019   21:08 Diperbarui: 3 Juni 2019   21:21 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Permasalahan literasi tidak bisa hanya tugas seorang guru atau sekolah. Peran orang tua atau keluarga sangat penting untuk meningkatkan daya literasi anak. Budaya literasi ini sebaiknya sudah bisa dimulai sejak anak usia dini. Bagaimana dengan keluarga kita?

Pengertian literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis, oleh karena itu, literasi tidak terlepas dari ketrampilan bahasa yaitu pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan tentang genre dan kultural. Meskipun literasi merupakan sebuah konsep yang memiliki makna kompleks, dinamis, terus ditafsirkan dan didefinisikan dengan beragam cara dan sudut pandang, namun hakekatnya kemampuan baca tulis seseorang merupakan dasar utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas.

Kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil tes PISA (The Programme for International Student Assessment) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2016.

Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks. Dan 86% orang dewasa di Jakarta hanya dapat menyelesaikan persoalan aritmetika yang membutuhkan satu langkah, tapi kesulitan menyelesaikan perhitungan yang membutuhkan beberapa langkah.  Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (The Programme for the International Assessment of Adult Competencies), tes kompetensi sukarela untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas.

Rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini berujung pada rendahnya pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita.  Parahnya, literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan.

Berdasarkan laporan UNESCO yang berjudul "The Social and Economic Impact of Illiteracy" yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.

Literasi rendah juga, menurut UNESCO, menimbulkan dampak antara. Misalnya, tingginya kecelakaan kerja dan tingginya prevalensi sakit akibat pekerjaan. Betapa memprihatinkan dampak rendahnya kemampuan dan kesempatan literasi masyarakat, bangsa dan negara.  

Keluarga  merupakan bagian dari lingkaran masyarakat dan bangsa. Keluarga ibarat batu bata yang tersusun dan tersambung satu sama lain menjadi sebuah rumah yang megah kokoh. Di dalam keluarga ada individu-individu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi.

Keluarga adalah lingkaran terdekat dalam lingkungan seorang individu. Secara kognitif, psikologis, sosial dan spiritualitas seseorang  dapat bertumbuh tak lepas dari pengaruh  keluarga.  Literasi perlu dibangun dari sejak dini dari lingkungan keluarga. Keluarga yang sudah konsisten memngembangkan literasi akan membangun kualitas relasi antar anggota keluarga juga.

Permasalahan literasi tidak bisa hanya tugas seorang guru atau sekolah. Peran orang tua dan keluarga sangat penting untuk meningkatkan daya literasi anak. Budaya literasi ini sebaiknya sudah bisa dimulai sejak anak usia dini. Disadur dari http://gln.kemdikbud.go.id, (2017), berikut ini beberapa cara  membangun budaya literasi keluarga :

  • Membacakan buku cerita atau dongeng kepada anak sejak dini

Dewasa ini, perkembangan teknologi semakin pesat. Ini sedikit banyak memengaruhi cara seseorang hidup, termasuk cara orang tua mengajarkan anaknya hal-hal baru. Banyak para orang tua yang sudah mulai meninggalkan kebiasaan membacakan buku cerita untuk anaknya dan lebih memilih membelikan sang buah hati gadget-gadget yang canggih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun