Mohon tunggu...
Kertaning Tyas
Kertaning Tyas Mohon Tunggu... Human Resources - Pendiri Lingkar Sosial Indonesia

Panggil saja Ken. Penggerak inklusi di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi, Vaksin Covid, dan Seleksi Alam

30 Oktober 2020   18:50 Diperbarui: 30 Oktober 2020   18:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga jalan kaki di masa pandemi (Dokpri)

Sejak pandemi, kegiatan di luar ruangan, saya dan tim justru makin padat. Di satu sisi kami menyuarakan work from home, namun di sisi lainnya kami harus bekerja di luar rumah untuk misi kemanusiaan. Dimulai dari membagi sembako, membagikan masker, hingga berbagi pekerjaan untuk membantu kawan-kawan difabel khususnya dan masyarakat sekitar tetap bisa memenuhi nafkah.

Info pandemi yang pula simpang siur, membuat sebagian warga dampingan kami ketakutan. Saya pikir jika ini dibiarkan maka yang terjadi adalah penelantaran.

Penelantaran? Ya, siapakah yang menjamin kehidupan mereka jika bertahan di rumah saja. Berharap pada bansos tentu tidak akan cukup dan tidak akan pasti. Kemudian jangankan work from home, lha wong sebelumnya pun banyak diantara kami yang kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Ada hal yang kerap terlupakan di masa pandemi adalah meningkatkan imunitas dengan olahraga dan bergembira ria. Dan yang terjadi kebalikannya, berdiam diri di rumah, takut dan melihat luar rumah penuh curiga dan waspada. Hingga batuk dan bersin pun harus ditahan-tahan..

Sampai kapan seperti ini? Ada yang menunggu-nunggu vaksin Covid. Namun setelah dikabarkan vaksin ada, sebagian orang juga enggan untuk divaksin. Takut dijadikan kelinci percobaan. Kecuali jika pak Presiden, para menteri dan para anggota Dewan yang memulai, lalu tunggu satu bulan kemudian, jika baik-baik saja, ya okelah masyarakat ikutan vaksin.

Inilah kemudian yang mendorong kami mengkampanyekan kegiatan olahraga, dari yang mudah-mudah saja seperti jalan kaki, hingga yang ekstrim, mendaki gunung. Sekaligus mengkampanyekan hapus stigma difabel.

Pesan yang ingin saya sampaikan, mari bebaskan diri dari ketakutan pandemi. Normalkan kembali kehidupan sosial, dengan tetap saling menjaga kesehatan dan keselamatan tentunya, sesuai protokol kesehatan.

Sambil menunggu solusi medis, seperti vaksin misalnya, ada baiknya menyerahkan diri pada proses alam. Pandemi bisa semacam seleksi alam, yang kena Covid dan mampu adaptasi ia akan bertahap hidup lalu kebal, dan yang kena lalu nggak mampu adaptasi ya mati.

Bagaimana cara meningkatkan adaptasi lingkungan? Menurut saya adalah kembali meningkatkan kemesraan dengan alam semesta. Ayo tinggalkan sejenak ruang-ruang AC, lepaskan penatnya urusan dunia yang sarat polusi, sudahi konsumsi makanan yang nampak enak namun penuh bahan pengawet.

Bentuk riilnya adalah berolahraga, lebih selektif terhadap makanan, juga mengembangkan pikiran positif dengan mengendalikan ketakutan-ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun