Mohon tunggu...
Abdul Karim
Abdul Karim Mohon Tunggu... Relawan - Pegiat Sosial

Kebenaran dan kedamaian adalah dua hati yang terpaut pada simpul kebebasan. Untuk tegakan kebenaran kadang harus korbankan kedamaian, untuk memelihara kedamaian kadang harus mengekang kebabasan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Degradasi Media Sosial karena Hoaks

8 Juli 2018   08:03 Diperbarui: 8 Juli 2018   08:45 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Suatu saat, pada era informasi sebagai  komoditas, para pemilik media massa mainstream benar-benar mengeksploitasi ruang media massa dengan motif ekonomi. Berita-berita yg ditampilkan tidak lagi murni sebagai informasi yang mencerahkan khalayak dan mengungkap fakta, tetapi lebih pada sensasional agar lebih mudah menarik minat masyarakat. Maka judul-judul berita yang bombastis, gambar-gambar yg horor dan kata-kata yang vulgar menjadi hiasan utama lembaran media massa. Awalnya masyarakat tertarik dengan hal itu.

Tetapi keampuhan media massa menarik peminat dg cara menjual sensasi tidak bertahan lama setelah muncul media alternatif yang tiba-tiba datang dari samping, merayap secara diam-diam, yaitu social media. Melalui socmed, masyarakat mendapatkan informasi yg berbeda dengan apa yg dialirkan oleh media massa beneran. Kadang lebih lebih cepat, lebih benar dan lebih menarik.

Bulan madu masyarakat dengan socmed ternyata juga tak bertahan lama setelah muncul satu kosa kata baru "HOAKS".

Desain HOAKS yang sedemikian canggih membuat orang banyak tertipu dan salah paham. Materi HOAKS tidak tanggung-tanggung, menyangkut tokoh-tokoh dunia dan materi-materi yang super sensitif seperti SARA, Politik, dan urusan pribadi.  

Saya pernah mambaca berita mengenai serombongan Pastur yang secara bersama-sama memeluk Islam. Pernah juga diberitakan bahwa Bu Mega bilang tidak membutuhkan pemilih Muslim. Ada lagi kabar mengenai China yang berencana meledakkan bulan. ternyata semua itu HOAKS,  Terakhir ada berita mengenai calon presiden dari 212 TGB yang ternyata mendukung Jokowi.  Saya menganggap berita ini HOAKS, sebelum beberapa hari kemudian muncul versi lain yang menepis HOAKS itu.

HOAKS, dengan kebohongannya yang kelewatan lama-lama membuat orang MUAK.  Namun menumbuhkan kesadaran baru. Orang orang yang tadinya RAJA COPAS tiba-tiba menjadi lebih sabar dan lebih bijak dalam mencerna informasi. Tidak mudah percaya dan selalu menunggu untuk konfirmasi dengan beberapa opini lain, sebelum memutuskan untuk percaya atau tidak percaya pada suatu informasi. Sebelum memutuskan untuk reposting atau recycle bin .

Saya pribadi punya cara mengkonfirmasi yang efektif yaitu menunggu breaking news televisi dan surat kabar yang kredible. Itupun harus ada gambar dan pernyataan verbal, tidak hanya sekedar narasi yang diucapkan reporter. Dalam kasus HOAKS TBG, saya percaya bahwa beliau ternyata mendukung Jokowi setelah menonton siaran televisi yang menampilkan gambar TBG sedang mengucapkan kata-kata yg secara implisit mendukung informasi yang saya kira HOAKS tersebut.

Media Social mulai saat ini, bagi saya tidak lagi menjadi media alternatif. Karena ternyata media social bisa jauh lebih "ngawur" dibandingkan dengan media massa resmi. Dan kalau media social tidak mengubah diri, ia akan degradasi ke level bawah.

Banjarbaru, 8 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun