Stigma Sosial dan Diskriminasi
Diskriminasi berdasarkan kelas sosial, etnis, atau status pekerjaan sering memperburuk ketimpangan dalam masyarakat perkotaan. Mereka yang tinggal di kawasan kumuh atau bekerja di sektor informal sering terstigma sebagai kelas rendah, yang menghambat mereka untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Sebagai contoh, di Jakarta, diskriminasi terhadap pekerja harian atau mereka yang tinggal di kampung kumuh seringkali mengarah pada pengucilan sosial yang membuat mereka semakin terpinggirkan. Bourdieu (1984) dalam karya-karyanya membahas bagaimana kapital sosial dan budaya berperan dalam memperbesar ketimpangan sosial, di mana individu atau kelompok yang kurang memiliki akses terhadap sumber daya sosial cenderung terpinggirkan dan terdiskriminasi.
Solusi untuk Menjembatani Kesenjangan Sosial di Kehidupan Urban
Peningkatan Akses Terhadap Pendidikan dan Kesehatan
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan di daerah-daerah yang kurang berkembang. Misalnya, pemerintah dapat memperluas jaringan sekolah dan rumah sakit di pinggiran kota, serta memperkenalkan program beasiswa dan bantuan kesehatan untuk masyarakat kurang mampu.Penyediaan Rumah yang Terjangkau
Pemerintah juga perlu fokus pada penyediaan rumah yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Program perumahan yang didanai oleh pemerintah, seperti pembangunan rumah subsidi, dapat membantu mengurangi jumlah warga yang tinggal di daerah kumuh. Hal ini sangat penting agar mereka bisa menikmati kehidupan yang lebih layak tanpa harus terjebak dalam kemiskinan kota.-
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Perkotaan
Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, masyarakat yang tinggal di pinggiran kota perlu diberdayakan dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Program pelatihan dan pendampingan usaha dapat membantu mereka untuk mengakses pekerjaan yang lebih baik atau memulai usaha sendiri. - Pengelolaan Sumber Daya Alam secara Berkelanjutan
Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang ekonomi yang merata. Program pembangunan yang ramah lingkungan, seperti pembukaan lapangan kerja di sektor energi terbarukan atau agribisnis, dapat memberikan kesempatan kerja yang adil bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini juga dapat membantu menciptakan kota yang lebih berkelanjutan dan tidak hanya mengandalkan pembangunan ekonomi yang berbasis pada sumber daya alam yang tidak terbarukan. Kolaborasi antara Sektor Pemerintah dan Swasta
Untuk menciptakan perubahan yang lebih signifikan, kolaborasi antara sektor pemerintah dan swasta dalam pengembangan infrastruktur, penyediaan rumah terjangkau, dan penyediaan lapangan pekerjaan harus diperkuat.
Kesenjangan sosial di kota-kota besar Indonesia merupakan tantangan besar yang harus diatasi dengan perhatian serius dari berbagai pihak. Meskipun urbanisasi membawa perkembangan ekonomi, kenyataannya banyak masyarakat yang tinggal di pinggiran kota masih kesulitan mengakses layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat tinggal yang layak. Ketimpangan ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, akses terbatas terhadap teknologi dan pendidikan, serta diskriminasi sosial.
Namun, masalah ini bisa diatasi dengan langkah-langkah strategis yang melibatkan peningkatan akses pendidikan dan kesehatan di daerah pinggiran kota, penyediaan rumah terjangkau, serta pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelatihan keterampilan. Selain itu, pentingnya kolaborasi antara sektor pemerintah, masyarakat, dan swasta dalam menciptakan infrastruktur yang merata sangatlah krusial.
Dengan adanya kebijakan yang inklusif dan dukungan lintas sektor, kesenjangan sosial ini dapat dikurangi, dan diharapkan dapat terwujud kota-kota yang lebih adil dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Daftar Pustaka
Andrea Civelli., et al. (2022). Urban Sprawl and Social Capital: Evidence from Indonesian Cities. 9, 356–363.
Bourdieu, P. (1984). A Social Critique of the Judgement of Taste. Harvard University Press.