Mohon tunggu...
Jannatul khairiah
Jannatul khairiah Mohon Tunggu... Mahasiswi Institut Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal

Hobi saya membaca dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Krisis Ekonomi: Pemicu, Dampak, dan Strategi Pemulihan

27 April 2025   06:21 Diperbarui: 27 April 2025   06:21 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak krisis ekonomi sangat luas. Di tingkat makro, PDB negara terkontraksi tajam. Sebagai contoh, pada krisis 1997--1998, PDB Indonesia anjlok hingga -13,1%, memicu lonjakan pengangguran dan kemiskinan secara drastis.

Sektor dunia usaha menjadi salah satu yang paling terpukul. Biaya produksi meningkat, permintaan menurun, dan banyak perusahaan kecil maupun besar gulung tikar. Ini membuat jumlah pelaku usaha menyusut drastis dalam waktu singkat.

Nilai tukar yang terdepresiasi parah menyebabkan inflasi melonjak. Di Indonesia tahun 1998, inflasi mencapai lebih dari 77%, menghancurkan daya beli masyarakat dan meningkatkan ketimpangan sosial.

Pengangguran meningkat signifikan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) meluas di berbagai sektor, memperparah kemiskinan. Kondisi ini menciptakan beban sosial berat yang harus ditanggung negara.

Selain itu, krisis ekonomi juga memicu krisis sosial-politik. Krisis moneter 1997 di Indonesia menjadi pemantik runtuhnya rezim Orde Baru, diwarnai gelombang demonstrasi dan kerusuhan sosial di berbagai daerah.

Krisis kepercayaan terhadap lembaga keuangan juga menjadi fenomena krusial. Bank run mempercepat kebangkrutan sektor perbankan, memaksa pemerintah mengambil langkah bailout besar-besaran untuk menyelamatkan sistem keuangan nasional.

Tidak kalah penting, krisis ekonomi menyisakan trauma psikologis mendalam bagi masyarakat. Banyak keluarga jatuh miskin, anak-anak putus sekolah, dan angka kriminalitas meningkat akibat tekanan sosial-ekonomi.

Proses keluar dari krisis ekonomi memerlukan pendekatan komprehensif. Indonesia, pasca-krisis 1998, menerapkan kombinasi kebijakan moneter ketat, restrukturisasi perbankan, reformasi struktural, dan penguatan jaring pengaman sosial.

Stabilisasi makroekonomi menjadi prioritas utama. Stabilitas nilai tukar, inflasi, dan suku bunga dijaga ketat untuk mengembalikan kepercayaan pasar dan menciptakan landasan pertumbuhan baru.

Selain itu, reformasi sektor keuangan, penguatan good governance, serta investasi di bidang infrastruktur dan sosial menjadi strategi penting untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional dalam jangka panjang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun