Pendahuluan : Laboratorium Konflik dan Integritas Intelektual
Universitas, khususnya UIN Syahada Padangsidimpuan, seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan ide, di mana mahasiswa bisa mengasah pikiran dan karakter mereka. Namun, dalam praktiknya, sering terjadi hal yang bertentangan: bukannya berkolaborasi dalam menciptakan karya, mahasiswa justru menghabiskan energi dalam "konflik dingin" antara organisasi mahasiswa eksternal (ORMEK), seperti PMII dan HMI, serta organisasi lainnya. Konflik ini, baik bersifat ideologis, persaingan untuk mendapatkan ruang bergerak, maupun hanya rivalitas semu, telah merusak integritas gerakan mahasiswa dan mencoreng citra kampus sebagai pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan. Esai ini hadir sebagai upaya advokasi untuk mengurai benang kusut konflik, dan merajut kembali integritas gerakan mahasiswa menuju kolaborasi yang positif.
ISI
1. Menganalisis Sumber Ketegangan: Ideologi Versus Ego Sektoral
Secara historis, ORMEK seperti PMII dan HMI memiliki fondasi ideologis dan dukungan massa yang kokoh. Namun, perselisihan yang muncul di lingkungan kampus sering kali beralih dari diskusi ide yang konstruktif menjadi persaingan yang berdasarkan pada identitas dan ego sektoral yang merugikan.
Ketegangan ini muncul akibat beberapa faktor:
- Persaingan untuk Memperoleh Ruang dan Pengaruh: Organisasi bersaing untuk merekrut anggota baru, mengisi posisi penting di dalam organisasi intra-kampus, atau mendapatkan perhatian dari pihak birokrasi.
- Misrepresentasi Ideologi: Perbedaan dalam arah atau dasar perjuangan suatu organisasi sering kali disederhanakan menjadi istilah yang saling menolak, sementara inti dari perjuangan mereka sebenarnya adalah untuk kebaikan masyarakat dan negara.
- Kesenjangan Komunikasi: Minimnya tempat diskusi bersama yang teratur dan mendalam menyebabkan masalah kecil cepat berkembang menjadi konflik terbuka atau, setidaknya, menciptakan atmosfer saling curiga.
Dampak dari "perang dingin" ini adalah terhalangnya proses pengkaderan yang dapat membawa perubahan, terpecahnya kekuatan mahasiswa dalam mengangkat isu-isu rakyat, dan yang paling krusial, hilangnya integritas UIN Syahada sebagai lembaga pendidikan yang seharusnya menjungjung tinggi ukhwah (persaudaraan).
2. Advokasi dan Tiga Pilar Integritas Gerakan
Advokasi yang diperlukan di UIN Syahada bukan hanya sekadar mediasi sementara, tetapi juga pengembangan integritas gerakan yang berkelanjutan, berlandaskan pada tiga pilar utama:
- Pilar Rekonsiliasi Ideologis
Perlu adanya Workshop/diskusi publik atau Madrasah Pergerakan Bersama yang melibatkan tokoh-tokoh senior serta akademisi dari berbagai organisasi untuk mendiskusikan kembali titik temu antara PMII, HMI, dan ORMEK lainnya. Fokusnya adalah pada tujuan akhir gerakan mahasiswa kritis terhadap kekuasaan yang tidak adil, menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman, dan memberikan kontribusi positif untuk pembangunan di wilayah Padangsidimpuan Tapanuli Bagian Selatan.
- Â Pilar Interaksi Struktural
Birokrasi universitas perlu mengambil peran proaktif sebagai regulator dan fasilitator. Hal ini tidak berarti melakukan intervensi, tetapi memberikan Ruang Kolaborasi Bersama yang mengharuskan organisasi eksternal untuk berkolaborasi dalam kegiatan nyata (misalnya: bakti sosial, diskusi publik, pelatihan kepemimpinan). Kewajiban untuk berkolaborasi ini akan memaksa organisasi untuk saling berinteraksi secara positif, sehingga mengubah persaingan menjadi kompetisi yang sehat dalam berkarya.
- Pilar Advokasi Zero-Tolerance
Kampus harus menerapkan kebijakan tanpa toleransi terhadap segala bentuk kekerasan fisik atau intimidasi verbal yang bersifat sektarian. Integritas kampus dipertaruhkan; oleh karena itu, perlu ada tindakan tegas dan adil untuk memastikan bahwa ideologi disampaikan melalui pemikiran dan tindakan damai, bukan melalui kekerasan atau kampanye hitam (black Campaign).
PENUTUP : Meraih Harmoni untuk Marwah Kampus
Masa depan UIN Syahada Padangsidimpuan berada di tangan mahasiswa. "Konflik dingin" yang tidak memberikan hasil perlu dihentikan. Tugas kita dalam advokasi adalah meyakinkan semua pihak bahwa perbedaan merupakan suatu kekayaan, bukan alasan untuk terjadinya perpecahan. Integritas gerakan akan terwujud saat PMII, HMI, KAMMI, IMM, dan ORMEK lainnya memahami bahwa musuh sejati mereka bukanlah antar kader, melainkan kebodohan, ketidakadilan, dan kurangnya pemikiran kritis.
Mari bersama-sama membangun kembali ikatan persaudaraan, mengalihkan energi konflik menjadi dorongan untuk tindakan nyata yang membawa kemajuan bagi kampus dan masyarakat. UIN Syahada memerlukan keselarasan untuk mencapai martabatnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI