Mohon tunggu...
janiah novianti
janiah novianti Mohon Tunggu... Saya adalah mahasiswa UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan (UIN Syahada). Di kampus ini, saya tidak hanya menimba ilmu akademik, tetapi juga mendalami nilai-nilai keislaman dan kearifan lokal. Sebagai bagian dari komunitas UIN Syahada, saya bangga menjadi mahasiswa di perguruan tinggi yang mengusung paradigma "Teoantropoekosentris." Ini adalah wadah bagi saya untuk tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, berintegritas, dan peduli terhadap lingkungan sosial. Di sini, saya mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi, berkreasi, dan berkontribusi, baik di lingkungan kampus maupun masyarakat.

Saya hobi berdiskusi dan memasak. Berdiskusi melatih saya berpikir logis dan memperluas wawasan dengan mendengarkan sudut pandang orang lain. Sementara itu, memasak adalah cara saya berekspresi secara kreatif, mulai dari bereksperimen dengan bahan hingga menciptakan hidangan yang bisa dinikmati bersama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merajut Integritas Gerakan : Advokasi Perdamaian Antar-Organisasi Mahasiswa di UIN SYAHADA Padangsidimpuan

1 Oktober 2025   22:08 Diperbarui: 1 Oktober 2025   22:08 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan : Laboratorium Konflik dan Integritas Intelektual

Universitas, khususnya UIN Syahada Padangsidimpuan, seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan ide, di mana mahasiswa bisa mengasah pikiran dan karakter mereka. Namun, dalam praktiknya, sering terjadi hal yang bertentangan: bukannya berkolaborasi dalam menciptakan karya, mahasiswa justru menghabiskan energi dalam "konflik dingin" antara organisasi mahasiswa eksternal (ORMEK), seperti PMII dan HMI, serta organisasi lainnya. Konflik ini, baik bersifat ideologis, persaingan untuk mendapatkan ruang bergerak, maupun hanya rivalitas semu, telah merusak integritas gerakan mahasiswa dan mencoreng citra kampus sebagai pusat peradaban Islam dan ilmu pengetahuan. Esai ini hadir sebagai upaya advokasi untuk mengurai benang kusut konflik, dan merajut kembali integritas gerakan mahasiswa menuju kolaborasi yang positif.

ISI

1. Menganalisis Sumber Ketegangan: Ideologi Versus Ego Sektoral

Secara historis, ORMEK seperti PMII dan HMI memiliki fondasi ideologis dan dukungan massa yang kokoh. Namun, perselisihan yang muncul di lingkungan kampus sering kali beralih dari diskusi ide yang konstruktif menjadi persaingan yang berdasarkan pada identitas dan ego sektoral yang merugikan.

Ketegangan ini muncul akibat beberapa faktor:

  • Persaingan untuk Memperoleh Ruang dan Pengaruh: Organisasi bersaing untuk merekrut anggota baru, mengisi posisi penting di dalam organisasi intra-kampus, atau mendapatkan perhatian dari pihak birokrasi.
  • Misrepresentasi Ideologi: Perbedaan dalam arah atau dasar perjuangan suatu organisasi sering kali disederhanakan menjadi istilah yang saling menolak, sementara inti dari perjuangan mereka sebenarnya adalah untuk kebaikan masyarakat dan negara.
  • Kesenjangan Komunikasi: Minimnya tempat diskusi bersama yang teratur dan mendalam menyebabkan masalah kecil cepat berkembang menjadi konflik terbuka atau, setidaknya, menciptakan atmosfer saling curiga.

Dampak dari "perang dingin" ini adalah terhalangnya proses pengkaderan yang dapat membawa perubahan, terpecahnya kekuatan mahasiswa dalam mengangkat isu-isu rakyat, dan yang paling krusial, hilangnya integritas UIN Syahada sebagai lembaga pendidikan yang seharusnya menjungjung tinggi ukhwah (persaudaraan).

2. Advokasi dan Tiga Pilar Integritas Gerakan

Advokasi yang diperlukan di UIN Syahada bukan hanya sekadar mediasi sementara, tetapi juga pengembangan integritas gerakan yang berkelanjutan, berlandaskan pada tiga pilar utama:

  • Pilar Rekonsiliasi Ideologis

Perlu adanya Workshop/diskusi publik atau Madrasah Pergerakan Bersama yang melibatkan tokoh-tokoh senior serta akademisi dari berbagai organisasi untuk mendiskusikan kembali titik temu antara PMII, HMI, dan ORMEK lainnya. Fokusnya adalah pada tujuan akhir gerakan mahasiswa kritis terhadap kekuasaan yang tidak adil, menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman, dan memberikan kontribusi positif untuk pembangunan di wilayah Padangsidimpuan Tapanuli Bagian Selatan.

  •  Pilar Interaksi Struktural

Birokrasi universitas perlu mengambil peran proaktif sebagai regulator dan fasilitator. Hal ini tidak berarti melakukan intervensi, tetapi memberikan Ruang Kolaborasi Bersama yang mengharuskan organisasi eksternal untuk berkolaborasi dalam kegiatan nyata (misalnya: bakti sosial, diskusi publik, pelatihan kepemimpinan). Kewajiban untuk berkolaborasi ini akan memaksa organisasi untuk saling berinteraksi secara positif, sehingga mengubah persaingan menjadi kompetisi yang sehat dalam berkarya.

  • Pilar Advokasi Zero-Tolerance

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun