Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Besek Bambu Biodegradable" Wadah Ramah Lingkungan Dengan Kearifan Lokal

24 September 2025   19:04 Diperbarui: 24 September 2025   19:04 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Besek Bambu Biodegradable" wadah ramah lingkungan dengan kearifan lokal. (Sumber foto: Jandris_Sky)

"Besek Bambu Biodegradable" wadah ramah lingkungan dengan kearifan lokal.


Kalau kita jalan-jalan ke pasar tradisional, hajatan, atau acara-acara syukuran di kampung, pasti nggak asing dengan wadah sederhana yang terbuat dari anyaman bambu. 

Ya, itulah besek. Benda yang terlihat sederhana ini sebenarnya punya nilai luar biasa, bukan cuma dari sisi budaya, tapi juga dari segi lingkungan. 

Di era modern ketika plastik masih mendominasi, besek bambu muncul sebagai salah satu solusi ramah lingkungan yang penuh kearifan lokal.

Besek bambu bukan cuma wadah biasa. Ia adalah simbol dari harmoni antara manusia, budaya, dan alam. (Sumber foto: Jandris_Sky)
Besek bambu bukan cuma wadah biasa. Ia adalah simbol dari harmoni antara manusia, budaya, dan alam. (Sumber foto: Jandris_Sky)

Plastik, Masalah Serius yang Masih Menumpuk

Kita tahu sendiri, sampah plastik itu bandel banget. Sekali diproduksi, butuh ratusan tahun buat terurai. 

Nggak heran kalau setiap tahun, gunungan sampah plastik makin tinggi. 

Berdasarkan data Sistem Pengelolaan Sampah Nasional (SPSN) yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup per 17 April 2025, tercatat ada 33,621 juta ton timbulan sampah per tahun. 

Dari jumlah itu, sekitar 39,91% tidak terkelola, alias langsung jadi masalah lingkungan. 

Kalau dihitung, berarti ada 13,417 juta ton sampah per tahun yang nggak jelas nasibnya.

Nah, dari total sampah nasional itu, sampah plastik punya porsi cukup bikin geleng-geleng kepala. 

Tahun 2025 ini saja, timbulan sampah plastik di Indonesia diperkirakan mencapai 9,9 juta ton, atau sekitar 13,98% dari total sampah nasional. 

Lebih miris lagi, proyeksi aliran sampah plastik ke laut Indonesia meningkat hingga 30%, dengan jumlah mencapai 800.000 ton. 

Bisa dibayangkan betapa kacaunya ekosistem laut kalau tren ini nggak dihentikan.

Besek Bambu, Wadah Lama yang Jadi Solusi Baru

Di tengah masalah segunung itu, ternyata kita punya jawaban sederhana yang udah ada sejak zaman dulu: besek bambu. 

Besek bambu muncul sebagai salah satu solusi ramah lingkungan yang penuh kearifan lokal.(Sumber foto: Jandris_Sky)
Besek bambu muncul sebagai salah satu solusi ramah lingkungan yang penuh kearifan lokal.(Sumber foto: Jandris_Sky)

Besek ini terbuat dari anyaman bambu, bahan alami yang tumbuh subur di Indonesia. 

Karena sifatnya biodegradable, besek bisa terurai secara alami tanpa menimbulkan jejak sampah berbahaya.

Coba bandingkan dengan kantong plastik. Sekali pakai, plastik langsung jadi sampah yang bakal ada ratusan tahun. 

Sementara besek, setelah dipakai, bisa didaur ulang jadi kompos, bahkan bisa dijadikan bahan bakar alami. 

Dari sini kita bisa lihat, pilihan kecil untuk menggunakan besek bisa berdampak besar buat bumi.

"Besek Bambu Biodegradable" wadah ramah lingkungan dengan kearifan lokal. (Sumber foto: Jandris._Sky)

Selain itu, besek juga punya nilai budaya. Di banyak daerah di Indonesia, besek sering dipakai untuk wadah makanan saat acara adat, syukuran, hingga hantaran pernikahan. 

Jadi selain ramah lingkungan, penggunaannya juga melestarikan kearifan lokal.

Ekonomi Kreatif dari Anyaman Bambu

Menariknya lagi, penggunaan besek nggak cuma bermanfaat buat lingkungan, tapi juga mendukung ekonomi masyarakat lokal. 

Di desa-desa pengrajin, anyaman bambu jadi sumber penghasilan yang cukup menjanjikan. 

Besek ini terbuat dari anyaman bambu, bahan alami yang tumbuh subur di Indonesia. (Sumber foto: Jandris_Sky)
Besek ini terbuat dari anyaman bambu, bahan alami yang tumbuh subur di Indonesia. (Sumber foto: Jandris_Sky)

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk beralih dari plastik ke wadah ramah lingkungan, permintaan besek otomatis naik.

Ini bisa jadi peluang ekonomi kreatif yang sejalan dengan prinsip sustainable development. 

Masyarakat desa dapat pemasukan, konsumen dapat wadah cantik nan alami, lingkungan pun terbebas dari ancaman plastik. 

Sungguh sebuah lingkaran kebaikan yang saling menguntungkan.

Besek bambu muncul sebagai salah satu solusi ramah lingkungan yang penuh kearifan lokal.(Sumber foto: Jandris_Sky)
Besek bambu muncul sebagai salah satu solusi ramah lingkungan yang penuh kearifan lokal.(Sumber foto: Jandris_Sky)

Kelebihan Besek Dibanding Plastik

Kalau ditanya, kenapa harus pilih besek dibanding plastik? 

Berikut beberapa alasan yang bikin kita mikir dua kali sebelum ambil kantong plastik:

  1. Ramah lingkungan -- terbuat dari bahan alami yang bisa terurai.
  2. Estetis -- bentuknya unik dan punya nilai seni dari anyaman bambu.
  3. Multifungsi -- bisa dipakai untuk makanan, kado, atau bahkan dekorasi.
  4. Mengangkat budaya lokal -- tiap besek adalah karya tangan pengrajin desa yang kaya nilai tradisi.
  5. Mengurangi ketergantungan plastik -- tiap besek yang dipakai berarti mengurangi satu kantong plastik yang dibuang.

Tantangan dan Harapan

Meski begitu, ada juga tantangan yang perlu dihadapi. Misalnya, produksi besek masih terbatas dan terkadang kalah praktis dibanding plastik. 

Selain itu, harga besek bisa sedikit lebih mahal. Namun, kalau dipikir ulang, harga lingkungan yang rusak jauh lebih mahal daripada sekadar beli wadah ramah lingkungan.

Pemerintah, komunitas, dan masyarakat bisa berkolaborasi untuk mendukung penggunaan besek. 

Misalnya dengan memberikan insentif pada UMKM pengrajin bambu, mendorong penggunaan besek di acara resmi, hingga kampanye kreatif yang mengajak anak muda bangga memakai produk lokal.

Menjaga Bumi dengan Langkah Sederhana

Kadang kita berpikir menjaga bumi itu harus dengan langkah besar, padahal sering kali dimulai dari hal kecil. 

Bayangkan, kalau setiap orang mengganti kantong plastik dengan besek saat ada acara hajatan, betapa banyak plastik yang bisa dihemat.

Besek bambu bukan cuma wadah biasa. Ia adalah simbol dari harmoni antara manusia, budaya, dan alam.

Dari sebuah anyaman sederhana, kita bisa belajar bagaimana kearifan lokal menyimpan solusi untuk masalah global.

Kalau begitu, kenapa harus nunggu? Yuk, mulai sekarang biasakan diri untuk pilih wadah ramah lingkungan. 

Dengan begitu, kita bukan cuma ikut melestarikan budaya, tapi juga ambil bagian dalam menjaga bumi dari ancaman sampah plastik. 

Karena pada akhirnya, bumi yang sehat adalah warisan paling berharga untuk generasi berikutnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun