Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Sate "Maling" Solusi Inovatif dalam Sistem Pangan yang Berkelanjutan, Sehat, dan Inklusif

8 Juni 2025   01:17 Diperbarui: 11 Juni 2025   13:25 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sate dibakar menggunakan arang. (SHUTTERSTOCK/MUHAMMADRIDWAN via KOMPAS.com) 

Penggunaan briket, kemampuannya dalam mengurangi pencemaran udara dan paparan zat berbahaya.

Inovasi dalam dunia kuliner menjadi salah satu cara efektif untuk menjawab isu lingkungan dan kesehatan, serta menggugah selera akan nilai ekologis. 

Inovasi tersebut adalah Sate "Maling", singkatan dari Ramah Lingkungan, yang hadir sebagai solusi inovatif dalam sistem pangan yang berkelanjutan, sehat, dan inklusif. 

Konsep aini menggabungkan kelezatan kuliner khas Indonesia dengan praktik berkelanjutan yang memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.

Sate merupakan salah satu ikon kuliner Nusantara yang digemari oleh berbagai kalangan. 

Sayangnya, proses memasak sate yang umumnya menggunakan arang kayu menyisakan persoalan serius. 

Asap yang dihasilkan dari pembakaran arang mengandung polutan berbahaya seperti karbon monoksida (CO), senyawa ini dapat mengganggu fungsi paru-paru, memicu gangguan sistem pernapasan, bahkan menyebabkan peningkatan kadar retikulosit dan eritrosit dalam darah yang menjadi indikator adanya stres oksidatif dalam tubuh. 

Bahaya ini tidak hanya mengintai konsumen, tetapi juga para penjual sate yang setiap hari terpapar langsung asap arang selama berjam-jam.

Penggunaan arang kayu juga berkontribusi terhadap deforestasi dan kerusakan lingkungan. 

Proses produksi arang yang tidak ramah lingkungan mempercepat hilangnya tutupan hutan serta meningkatkan emisi karbon ke atmosfer. 

Jika tidak diantisipasi, hal ini akan memperparah krisis iklim dan memperburuk kualitas udara di lingkungan urban dan semi-urban.

Melihat tantangan tersebut, Sate "Maling" hadir dengan pendekatan baru: mengganti sumber energi pembakaran dari arang kayu menjadi briket ramah lingkungan. 

Briket ramah lingkungan terbuat dari limbah biji palem dan asem. (Sumber foto: Jandris_Sky)
Briket ramah lingkungan terbuat dari limbah biji palem dan asem. (Sumber foto: Jandris_Sky)

Briket ini terbuat dari limbah biomassa seperti tempurung kelapa, sekam padi, atau serbuk gergaji yang diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan bakar padat yang efisien, minim asap, dan jauh lebih bersih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun