Mohon tunggu...
DIDIN JAMIDIN
DIDIN JAMIDIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hoby is reading

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tantangan Pendidikan Islam Masa Depan

15 Mei 2016   00:22 Diperbarui: 15 Mei 2016   00:26 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan dimuka bumi ini. Bahkan, kalau mundur lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa pendidikan mulai berproses sejak Allah SWT. menciptakan manusia pertama Adam a.s. di surga dan Allah SWT. telah mengajarkan kepada beliau semua nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah: 31-33.

Pendidikan, selalu mewarnai aspek peradaban manusia yang berkembang melalui budaya belajar, dengan belajar manusia bisa mengetahui dasarnya lautan, belajar pula menjadikan manusia mampu terbang meski tidak memiliki sayap. Dalam hal lain, belajar bisa membuat manusia menundukkan alam tanpa merusaknya. Tidak dipungkiri lagi, bahwa pendidikan melalui sisi pembelajarannya membangun kebudayaan bahkan peradaban, mencoba membuka tabir jahiliyyah manusia dan mencoba membentuk “insan kamil” yang berguna sekaligus berdaya guna.

Islam sebagai agama “Rahmatallil ‘Aalamiin” adalah panduan yang paling lengkap yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur pendidikan kita saat ini. Jika kurikulum hari ini bagus maka kurikulum Islam jauh lebih bagus. Rasulullah SAW adalah pendidik yang paling sempurna. Bahkan rasulullah menyebutkan sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahku, kemudian setelahnya. Lihat bagaimana Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman dan Sayidina ‘Ali dididik langsung oleh beliau dan hasilnya sungguh mengagumkan.

Begitupun ketika masa Imam Syafi’i Rohimahullah dididik langsung oleh ibu beliau. Disinilah peran pendidikan Ibu sangat penting, karena ibunyalah yang mula-mula menjadikan imam Syafi’i sebagai ahli Fiqih, dikisahkan bahwa ibu Imam Syafi’i tidak memperbolehkan Assyafi’i pulang kerumah sebelum mampu dan ahli dalam bidang ilmu. Imam Ahmad juga seorang ahli fiqih yang langsung mendidik anaknya Abdullah sehingga Abdullah ahli dalam bidang hadits, sampai dikisahkan beliau memberikan kurang lebih seribu hadits untuk dihafal anaknya Abdullah tetapi ternyata itu adalah hadits dhoif atau lemah. Inilah peran seorang ayah dalam mendidik anaknya. Imam malik Rohimahullahu ta’ala juga seorang ahli fiqih yang berperan dalam mendidik imam syafi’i seorang guru yang tawadu’ yang tidak merasa tersaingi oleh muridnya. Inilah peran seorang guru dalam mendidik murid-muridnya.

Melihat realita pendidikan dari masa ke masa akan tampak perbedaan yang signifikan dari pendidikan masa awal sampai hari ini. Dimana pendidikan awal dari masa Rasulullah sampai masa tabi’in mampu mencetak kader kader yang bisa diperhitungkan sampai dengan hari ini. Dan bukan tidak mungkin hari ini pun kita bisa menerapkan seperti apa pendidikan yang dulu pernah diterapkan pada masa awal dahulu, membuka kembali metode awal yang lenyap atau sengaja dilenyapkan.

Ada beberapa tantangan pendidikan kita hari ini dan tentunya masa yang akan datang, pertama; pendidikan hari ini sudah tidak lagi ada dukungan orang tua, orang tua yang harusnya berada pada benteng terdepan pendidikan anak kita hari ini sekarang mulai melemah, kadang orang tua tidak tahu perkembangan ilmu anak-anaknya, bahkan sekedar untuk mengambil raport anaknya saja tidak dihiraukan. Kedua; seorang guru kadang bukan menjadi tuntunan malah menjadi tontonan, apa jadinya jika seorang ahli ilmu sudah di jadikan sebagai tontonan. Mustahil ilmu akan masuk kedalam hatinya, alih-alih ilmu itu akan menjadi cahaya justru kegelapan yang didapat. 

Inilah pentingnya akhlaq antara murid dengan seorang guru, bahkan para ulama sepakat bahwa seorang siswa atau murid harus mempelajari adab gurunya sebelum ilmunya. Pun seorang guru juga dituntut memahami betul apa yang disampaikan dan diajarkan kepada siswa atau muridnya karena tidak mungkin kebaikan disampaikan oleh orang yang tidak baik. Ketiga; kurikulum kita hari ini muatannya terlalu banyak namun isinya kosong, itu mengapa islam mengingatkan betapa pentingnya mengatur waktu. 

Kenapa? Karena islam tidak suka hal yang sia-sia. Pendidikan yang tidak menerapkan kurikulum yang baik akan menjadi sia-sia, sekolah hanya menjadi tradisi belajar yang mengedepankan tumpukan ilmu dalam lembaran tanpa dalam ingatan. Imam Malik Rohimahullah mengatakan bahwa generasi ini akan baik jika di didik sebagaimana generasi awal dahulu di didik dan diperbaiki. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita menggali dan mencari cara bagaimana generasi awal pendidikan sejak masa Rasulullah mendidik dan memperbaiki para sahabatnya bahkan setelahnya sampai mereka menjadi orang-orang besar.

Terkadang kita lebih percaya pada panduan pendidikan dari barat yang seolah-olah harus diterapkan. Padahal dirumah kita sendiri tidak pernah kita tengok, salah satu contoh teori barat yang mengatakan bahwa belajar untuk masa anak-anak sangat tidak cocok untuk menghafal, karena tidak ramah otak. Langsung kita mempercayai hal tersebut. Kenyataannya tidak demikian, Imam Ibnu Jauzi justru menekankan pentingnya menghafal ilmu (Al hats ‘ala hifdzil ‘ilm) mulai dari awal usia belajar. Semoga pendidikan islam dimasa depan lebih baik dari hari ini_Jangan buat gagal lagi pendidikan anak-anak kita hari ini /!

Wallahu ‘alam Bishowaab......”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun