Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Tanpa Sadar, Kita Juga Ikut Makan Plastik

10 Mei 2019   19:51 Diperbarui: 10 Mei 2019   20:14 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah plastik yang ditemukan di dalam perut ikan paus - Foto WWF Indonesia

Sampah plastik menjadi ancaman baru bagi kelangsungan hidup manusia, karena tanpa sadar kita juga ikut mengonsumsi plastik yang dimakan oleh ikan di laut bebas. Kandungan zat kimia yang ada dalam sampah plastik telah masuk ke dalam tubuh kita saat kita menikmati berbagai jenis ikan yang juga ikut makan sampah plastik.

Di kota-kota besar, sampah plastik menjadi masalah yang sangat mengganggu dan sulit diatasi, alasannya adalah kesadaran masyarakat kita untuk membuang sampah ke tempat sampah masih sangat rendah.

Beberapa kejadian yang mengisyaratkan bahwa sampah plastik sangat berbahaya dan mengancam keberlangsungan mahkuk hidup sudah banyak contohnya. Masih ingat dengan kejadian seekor paus terdampar di Pulau Wakatobi pada November 2018 yang lalu dalam kondisi membusuk. Yang mengenaskan ada banyak sampah plastik yang ditemukan di dalam perut paus jantan tersebut. Beratnya tidak tanggung-tanggung mencapai 5,9 kilogram sampah plastik. Bahkan, paus tersebut juga sempat menelan sandal jepit dan itu ditemukan di dalam perutnya.

Ada juga kasus kematian ikan paus dengan sampah plastik seberat 40 kilogram pada Sabtu, 16 Maret 2019 telah menjadi kasus terbaru kematian hewan akibat polusi yang terjadi di Filipina. Ikan paus itu ditemukan terdampar tak bernyawa di wilayah selatan Provinsi Lembah Compostela.

Kasus lainnya, seekor paus sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati akibat menelan puluhan kilo sampah plastik. Bangkainya ditemukan terdampar di satu pantai di Porto Cervo, tujuan wisata populer di Sardinia, Italia. Mirisnya, ketika ahli melakukan pembedahan tubuh paus, mamalia laut ini diketahui sedang mengandung. Di dalam perut paus pun ditemukan 22 kilogram plastik.

Kematian ikan paus akibat keracunan plastik menjadi pelajaran bagi kita bahwa sampah plastik sudah sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan penjelasan dari salah seorang aktivis lingkungan, Indonesia menjadi salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar ke dalam laut.

Lantas, apa upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik yang jika ditanam dalam tanah dalam kurun waktu sepuluh tahun masih tetap wujudnya seperti sedia kala, yaitu plastik. Menyikapi hal ini, kita harus mengambil langkah tegas ke depan. Kebijakan membatasi penggunaan kantongan plastik di beberapa supermarket dan hypermarket adalah langkah tepat, konsumen diharapkan membawa kantongan atau keranjang sendiri ketika akan berbelanja.

Upaya lainnya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik adalah mengubah kebiasaan yang salah selama ini yang kerap membeli air mineral dalam kemasan, saat air mineralnya sudah diminum, sampah plastiknya dibuang sembarangan.

Sebaiknya, kemana pun kita pergi biasakan membawa air minum dalam termos atau botol minuman yang lebih akrab dengan lingkungan. Dengan cara ini kita telah ikut berperan dalam mengurangi penggunaan air mineral dalam kemasan plastik.

Sampah plastik yang kita hasilkan setiap hari sebenarnya masih bisa di daur ulang menjadi barang bermanfaat. Itu sebabnya, ketika kita membuang sampah (khususnya plastik) ada baiknya kita tempatkan di satu wadah khusus. Setelah terkumpul banyak bisa dijual atau serahkan kepada pengumpul untuk diolah kembali menjadi barang bermanfaat. Anggap saja plastik yang kita kumpulkan dan serahkan ke pengumpul sebagai amal kebaikan yang mendatangkan berkah bagi orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun