Mohon tunggu...
James P Pardede
James P Pardede Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulis itu sangat menyenangkan...dengan menulis ada banyak hal yang bisa kita bagikan.Mulai dari masalah sosial, pendidikan dan masalah lainnya yang bisa memberi pencerahan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Melihat Keberadaan "Pajak" di Medan yang Masih Tetap Eksis

30 November 2018   09:45 Diperbarui: 30 November 2018   19:24 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana tawar menawar di pasar tradisional. Foto : James P Pardede

Di tengah gempuran supermarket dan kehadiran hypermarket di kota Medan, Sumatera Utara, pasar tradisional masih menjadi pilihan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pasar tradisional di Kota Medan masih tetap eksis di beberapa tempat dan tersebar di 21 Kecamatan di Kota Medan. Pasar tradisional baru pun masih ada yang muncul di beberapa titik di Kota Medan.

Jangan terkejut kalau datang ke Medan, Anda diajak oleh teman atau sahabat Anda ke "pajak". Kata "pajak" di kota Medan adalah sebutan untuk pasar tradisional. Jadi jangan salah mengerti, bila Anda diajak ke "pajak", bukan berarti Anda diajak untuk urusan bayar pajak, tetapi itu artinya Anda diajak ke pasar.

Pelaku pasar dan pedagang di pasar tradisional di Kota Medan terdiri dari etnis Batak, Melayu, Mandailing, Minang dan Bugis, namun dominasi etnis Tionghoa sangat kentara terutama di pasar-pasar tertentu. 

Beberapa pasar di Medan ada juga yang sudah ditertibkan karena berjualan dibadan jalan. Pedagang yang tergusur itu sekarang dipusatkan di Pasar Induk Lau Cih arah ke Pancur Batu, Deli Serdang. Banyak pedagang yang akhirnya belanja ke pasar induk untuk kemudian dijual kembali di pasar tradisional lainnya di Medan.

Dari Anjangsana dan jalan-jalan ke beberapa "pajak"di Medan, kita bisa menyaksikan secara langsung bagaimana aktivitas dan interaksi warga yang terdiri dari beragam etnis itu berbaur dan menyatu di keriuhan pasar. Dari Amatan ke beberapa pasar tradisional, berikut ini adalah beberapa pasar khusus yang pedagang dan pembelinya terbilang didominasi oleh etnis Tionghoa. Mulai dari pasar Sambas yang berada di Jalan Sambas, sangat dekat dengan Tugu Tirtanadi Jalan SM Raja Medan.

Di pasar Sambas akan terdengar percakapan khas etnis Tionghoa yang datang dari berbagai penjuru Kota Medan, beberapa dari pengunjung pasar terbilang sangat sering mampir sekadar menikmati kopi sembari bersilaturahmi dengan kerabat. Keharmonisan antar warga berbeda etnis dan agama, juga terekam di pasar ini. Tak jarang seorang warga etnis Tionghoa terdengar berbahasa Batak, berbincang dengan pedagang lainnya. Terasa tak ada sekat diantara mereka yang berbeda etnis.

Perjalanan berlanjut ke Pasar Hindu di Jalan Hindu atau Perdana Medan. Pasar ini tidak terlalu luas dan hanya buka sampai siang hari saja. Lokasi pasar tradisional ini sangat dekat dengan kawasan Kesawan Medan dan Pajak Ikan Lama Medan (tempat pedagang berjualan tekstil). Pasar tradisional lainnya yang pernah dikunjungi penulis dan berbelanja kebutuhan pokok di pasar ini, namanya adalah pasar Meranti yang berada di Jalan Meranti Medan.

Lokasi pasar ini sangat dekat dengan Medan Fair Plaza dan berada di kawasan pemukiman etnis Tionghoa. Tak jauh dari Pasar Meranti, ada Pasar Petisah yang lebih akrab disebut Pajak Petisah. Di sini, boleh dibilang pedagangnya berasal dari berbagai etnis termasuk etnis Tionghoa.

Pasar tradisional lainnya yang didominasi etnis Tionghoa adalah pasar Hongkong yang lokasinya satu kawasan dengan Hongkong Plaza atau gedung Hotel Soechi Jalan Cirebon Medan. Ada juga pasar Beruang yang lokasinya di Jalan Beruang dan sangat dekat dengan Jalan Madong Lubis Medan. Kemudian pasar Bengkok yang lokasinya di Jalan Aksara, Pasar Singa di Jalan Pukat dan Pasar Timah di Jalan Timah Medan.

Pasar Titi Kuning di Jalan Brigjen Katamso yang lokasinya berada dekat dengan pembangunan Jalan Underpass dan ke arah Deli Tua. Pasar ini sedang bersolek dan dalam waktu dekat akan menjadi pasar modern bernama Pasar Tikung.

Kemudian ada Pasar Sunggal, di kawasan pasar ini setiap pagi sangat ramai karena dekat dengan sekolah Sultan Iskandar Muda dan sekolah Brigjen Katamso. Kebanyakan orang yang datang berbelanja ke lokasi ini karena sekalian antar anak ke sekolah. Menyikapi keberadaan pasar tradisional di kota Medan, berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber ada sekitar 52 pasar tradisional di bawah naungan PD Pasar Kota Medan. Keberadaan pasar tradisional ini sebagian besar dan harus diremajakan karena kondisinya sudah sangat kumuh.

Beberapa pasar tradisional di kota Medan, masih menjadi sorotan karena sering menimbulkan kemacetan lalu lintas. Untuk atasi masalah ini, PD Pasar bersinergi dengan jajaran pemerintah untuk penertiban pasar yang berjualan sampai ke badan jalan.

Siapa pun mengakui kalau pasar tradisional tidak akan lekang oleh jaman, "pajak" di Medan pun masih tetap eksis sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun