Mohon tunggu...
James Aditya
James Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar yang belajar untuk menulis

Seorang mahasiswa yang berusaha melihat dunia dari berbagai sisi dan menyampaikan opininya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bullying Itu "Boleh"

30 April 2019   15:15 Diperbarui: 30 April 2019   15:34 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bullying adalah tindakan yang dilakukan untuk mengintimidasi orang lain. Intimidasi yang dilakukan bisa berupa fisik maupun non fisik. Dengan melakukan bullying kita membuka rantai kebencian satu sama lain. Bullying kerap menjadi topik yang hangat akhir-akhir ini. Banyak tindak bullying yang terjadi, diantaranya kasus Audrey, murid membully guru di Gresik, dan lain-lain. Bullying sangatlah mengandung image negatif, tapi apakah bullying dapat dilakukan dengan syarat tertentu?

Jawabannya adalah boleh, tapi harus mengikuti beberapa hal dibawah ini nih,

1. TIDAK BERSIFAT FISIK

Bullying boleh dilakukan, asal hanya di batas verbal. Bullying yang nonverbal/fisik lebih beresiko menimbulkan rasa sakit yang nyata, trauma, dan bisa saja korban sampai mengalami cacat fisik permanen ataupun terbunuh. Hal-hal seperti inilah yang membuat bullying fisik tidak boleh dilakukan.

2. ADA BATASNYA

Setiap orang memiliki batas tertentu untuk menerima bullying verbal. Reaksi beberapa rang berbeda beda ada yang marah, mendendam, menangis, tetap diam, dan ada yang saking terpukulnya hingga menyebabkan tekanan mental hingga ingin bunuh diri. Kita boleh saja melakukan bullying apabila kita tau batasan orang yang kita bully. Misalkan kita membully teman kita, kita sudah tau bahwa dia akan bereaksi jika sudah dibully oleh 4 orang dengan jangka waktu yang terus menerus, artinya kita tidak boleh melewati batasan tersebut saat membully dia. Kita dapat mengetahui batasan seseorang ketika kita pertama kali membully dia sampai bereaksi. Dari situ kita bisa mengetahui batasan orang tersebut. Cara lain untuk mengetahui batasan seseorang adalah hati nurani kita, saya yakin pasti kita bakal merasakan ketika kita sudah over-bullying seseorang dan kita harus langsung stop membully saat itu juga.

3. TAU KONDISI

Ini adalah hal terpenting saat memutuskan mau membully orang. Kita harus tau kondisi fisik dan mental orang tersebut. Tubuh yang kelelahan akan mudah tersulut emosi dan cenderung tidak bisa menilai dengan baik. Mungkin dalam kondisi biasa orang tidak akan marah tapi di kondisi tertentu? Bisa membuat resiko buruk dalam bullying meningkat.

Poin ini sangat harus ditekankan karena banyak sekali kasus bullying dengan skenario dimana korban sebelumnya mengalami kondisi yang fisik atau mental lelah. Tentu tidak lucu ketika kita membully orang lalu besoknya dia bundir kan? Tapi sayangnya ini banyak terjadi, kasus dimana pelaku tidak punya hati untuk menahan diri di kondisi tertentu.

4. SEGERA MEMINTA MAAF

Minta maaflah, apapun kondisinya, entah dia senang saat di bully, marah, ataupun terpuruk. Kata maaf memang sederhana tapi mengandung kekuatan yang besar. Sebuah maaf bisa menghancurkan tembok permusuhan dan api dendam. Dengan meminta maaf kita mengakui pada orang tersebut bahwa kita menyadari perbuatan kita itu kurang benar. Selain itu disela-sela maaf itu kita juga bisa mengutarakan maksud kita (memotivasi, menghibur, mendekatkan diri). Dengan begitu korban dapat menyadari bahwa mereka sangat dipedulikan orang lain. Ini juga bisa menutup siklus kebencian yang kita buat saat di awal kita membully.

BULLYING YANG MENDIDIK

Apakah bullying bisa dijadikan sarana untuk mendidik? Sekarang kita ubah, bagaimana jika kita memang melakukan bullying dengan alasan memotivasi atau berusaha berbaur. Misalnya seseorang memiliki idola tertentu dan dia dalam komunitas tapi tidak terlalu baik dalam berbaur. Kita bisa mengejeknya sedikit sedikit dalam rangka mendekatkan diri padanya.

"Kpop teruss, plastic teruss!!!"

Jika kalimat ini dilontarkan pada kpopers, mereka biasa bereaksi dan dari sana kita bisa mengajak ngobrol dia, awalnya saling ejek, jadi dekat, siapa tau endingnya pacaran ya kan? Dengan kata lain, bullying membuka jalan menuju percakapan.

Contoh bullying yang mengarah pada motivasi adalah jika kita membully teman yang nilainya jelek, lalu setelahnya kita ikut mengajari supaya dia bisa berkembang. Contoh ini merupakan cara yang efisien untuk membuat seseorang termotivasi belajar, berkembang, dan tidak diejek lagi. Tanpa kita sadari jaman kita kecil dulu guru sering melakukan hal ini. Guru pasti melakukan sesuatu dengan dasar tujuan yang baik. Jika guru pernah mengejek murid, pasti alasannya adalah ia ingin merubah murid tersebut, ditambah lagi biasanya setelah itu mereka biasanya berkelakar kan?

Loh kalau mau mengubah kok harus dengan cara itu?

Ya sebenarnya ada banyak cara, tapi jika diandaikan anda seorang murid, mana yang akan lebih meresap, diomongi baik-baik atau di ejek sedikit sambil bercanda? Saya akan cenderung lebih tergerak ketika di pilihan kedua.

Bullying mendidik hanya dapat dilakukan jika seseorang sadar betul bahwa yang ia lakukan menaati 4 syarat bullying tersebut. Jadi tidak asal bullying saja.

Penutup

Setelah membaca ini mari kita renungkan, apakah selama ini kita sering melakukan bullying tanpa memikirkan resikonya? Apakah kita sering lupa diri saat membully?

Jika YA, berubahlah sekarang!!! Terutama minta maaf lah pada mereka.

Sekian dari saya, pembaca yang mungkin ingin menambahkan bisa di kolom komentar

Terimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun