Mohon tunggu...
Jamaluddin Jamal
Jamaluddin Jamal Mohon Tunggu... Guru -

Belajar dari bawah, sebarkan dari atas

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Politik Praktis Oportunis ala Anies

10 Februari 2017   10:18 Diperbarui: 10 Februari 2017   10:54 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayo kita bernostalgia ke akhir tahun 2014, saat itu ada kebijakan yang kontroversial dari Mendikbud saat itu, Anies Baswedan. Anies mengeluarkan peraturan yang sempat menjadi konflik, yaitu merevisi kebijakan berdoa di sekolah sebelum dan sesudah kegiatan belajar. Wah, Pak Anies yang ramah dan santun kok bisa gitu?Pasti banyak yang bertanya-tanya seperti itu. Secara mengejutkan, Anies mengkritik kegiatan berdoa di sekolah negeri karena alasan Ke-bhinneka-an, tidak baik jika berdoa dilakukan sesuai anjuran satu agama tertentu saja.

Entah Bhinneka yang seperti apa yang ia maksud. Padahal sekolah Negeri melakukan doa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Jika kita sorot poin ‘agama tertentu’ tentulah ini mengarah pada agama islam, agama mayoritas di Indonesia. Tapi tidak pernah terbukti sekolah negeri memaksakan murid-muridnya melafalkan doa sesuai ajaran Islam saja. Murid-murid yang non-muslim dipersilahkan berdoa sesuai agama mereka masing-masing.

Banyak tokoh-tokoh yang mengkritik Anies saat itu, seperti Ustadz Yusuf Mansur dan Politisi Marzuki Alie. Mereka memiliki pandangan yang sama, yaitu kebijakan Anies ini tidak berdasar dan malah berpotensi menimbulkan perpecahan. Tak pelak Anies pun mengelak, dia mengaku ada salah persepsi dalam memahami kebijakan ini dan dirinya tidak memiliki maksud menghalang-halangi kegiatan berdoa di sekolah.

Entah Anies berkata benar atau tidak, yang jelas dia sempat memiliki niat untuk merevisi kegiatan berdoa di sekolah negeri. Kebijakan macam apa ini pak? Mengekang kebebasan beragama dalam menuntut ilmu sejak dini. Program Anies di bidang pendidikan sering tidak tepat sasaran dan sesuai arahan, itulah sebabnya Anies terkena Reshufflekabinet, karena inkonsistensi dan inkompetensi.

Sekarang, Anies maju sebagai Cagub DKI Jakarta. Bersama Sandiaga dia berharap dapat mengambil hati masyarakat Indonesia bahwa ia masih memiliki kepedulian dan semangat membangun bangsa. Tapi lagi-lagi Anies melakukan blunder tindakan politik praktis. Meskipun pernah mengeluarkan kebijakan seperti itu, tanpa rasa segan dan malu Anies merapat dan memohon dukungan pada FPI (Front Pembela Islam). Anies beranggapan FPI dapat dijadikannya salah satu lumbung suara menjelang Pilkada yang semakin dekat.

Anies pun tampak sikap aslinya, inkonsisten dan munafik. Anies yang dulu terkenal Moderat dan digadang-gadang sebagai penerus Nurcholish Madjid harus menanggalkan paham yang ia jalani selama bertahun-tahun dan menyeberang ke paham Ormas Radikal dan cenderung Intoleran. Saya sungguh menyayangkan, dulu saya menaruh simpati besar pada pak Anies yang mengedepankan pluralisme dan kebersamaan dan keberagaman.

Kini apa? Demi elektabilitas dan ambisi politik Anies tinggalkan prinsip Islam yang selama ini ia lakoni dan merapat pada barisan intoleran dan penebar perpecahan. Memang tak ada kawan abadi dalam politik, tapi prinsip dan sikap politik bisa dipertahankan. Kejadian ini semakin menunjukkan sikap Anies yang oportunis, inkonsisten dan munafik, semua demi kedudukan politik semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun