Mohon tunggu...
Abdul Jalil
Abdul Jalil Mohon Tunggu... -

Penikmat tulisan orang lain baik online/cetak........ Gabung kompasiana untuk mencari ilmu dan belajar dari anggota kompasiana lainnya. Lahir di Bima-NTB Salam Jabat erat buat semuanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nenek Berusia 83 Tahun Raih Gelar Doktor...

24 November 2010   07:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menuntut ilmu tidak mengenal kata usia. Di usianya yang menginjak 83 tahun, Siti Maryam Salahuddin berhasil meraih gelar doktor pada bidang ilmu Filologi Fakultas Sastra Unpad dan menjadikannya peraih gelar doktor tertua di Unpad. Ia mengaku, menuntut ilmu merupakan suatu kebutuhan apabila ingin maju dan mengikuti tuntuan zaman.

Siti Maryam Salahuddin (Foto: Artanti Hendriyana)

“Saya terus menuntut ilmu karena ingin mencapai pengetahuan yang setinggi-tingginya dan sebanyak-banyaknya. Ilmu pengetahuan itu tidak terbatas. Kebutuhan zaman sekarang menuntut kita harus memperoleh ilmu seluas-luasnya,” tutur wanita kelahiran Bima, 13 Juni 1927 itu saat ditemui usai pelaksanaan Sidang Promosi Doktor, Kamis (19/08). Maryam sendiri mengaku tidak menemui kesulitan dan hambatan selama mengenyam pendidikan di Pascasarjana Unpad di usianya yang sudah tidak muda lagi ini. Rasa capek karena  seringkali harus melakukan perjalanan Bima (NTB) – Bandung (Jabar)  pun tidak menjadi hambatan baginya. Maryam berhasil meraih gelar akademis tertinggi di Unpad ini setelah mengikuti perkuliahan di Unpad selama kurang dari 3 tahun. Sebelumnya, putri ke-6 Sultan Bima, Muhammad Salahuddin, ini berhasil mengenyam pendidikan jenjang S-1 dan S-2 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1953 hingga 1960. Setelah itu, ia tidak lansung melanjutkan pendidikan akademisnya karena bekerja dan aktif di berbagai kegiatan. Diantaranya, ia sempat menjadi  staf khusus pidana kehakiman (1957-1964), anggota DPR RI (1966-1968), Asisten Administrasi Sekretaris Wilayah Daerah Nusa Tenggara Barat (1964-1968), dan staf pengajar di Universitas Mataram (1969-1987). Pada tahun 2007, Maryam akhirnya mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan akademisnya di bidang Filologi dan berhasil meraih gelar doktor pada Kamis (19/08) kemarin. “Filologi merupakan ilmu yang mempelajari naskah-naskah lama (kuno). Kebetulan saya simpan naskah-naskah kuno dari orang tua. Naskah-naskah itu sekarang menjadi topik pembicaraan dari banyak pihak. Naskah itu dianggap sumber informasi dari nilai-nilai kehidupan di masa lampau yang kita harus kaji melalui ilmu Filologi,” jelas Maryam saat ditanya alasannya menekuni ilmu ini. Prinsip hidup Maryam adalah sederhana, hidup seadanya, dan selalu tawakal kepada Allah. Hal ini diamini sekretaris pribadinya, Nurlaila. “Walaupun ia anak seorang raja, tapi ia bersahaja, tidak harus dipanggil sebagai putri raja. Hidupnya pun sederhana,“ jelas Nurlaila. Keponakan Maryam, Burhan P. Magenda, pun turut memberikan pendapatnya mengenai sosok Maryam. “Ia seorang yang disiplin, maju, pekerja yang ulet, dan seorang ilmuwan,”tutur Burhan.  Maryam memang  memiliki motivasi yang sangat kuat untuk meraih gelar doktor  ini. “Motivasi dia kuat, kami sebagai keluarga pun ikut mendorong.” Maryam merupakan penggagas ide dan konsep sekaligus ketua pada Komite Pembentukan Provinsi Pulau Sumbawa (KP3S). Sejak tahun 2001, Maryam dan rekan-rekan berjuang untuk mengupayakan agar  Pulau Sumbawa menjadi provinsi. Salah satu rekan maryam dalam KP3S, Saleh Umar, sangat kagum terhadap prestasi yang diraih oleh Maryam. “Kira-kira 70 tahun yang lalu, ia berhasil membebaskan dirinya dari belenggu adat istana Bima yang cukup ketat hingga hijrah ke Jakarta untuk mengenyam pendidikan,” tutur Saleh. Pada saat itu, Maryam sebagai putri Bima memang tidak boleh melanjutkan sekolah. Ia pun berontak dan melakukan reformasi pendidikan di istana. Presiden Soekarno, yang pada saat itu melakukan kunjungan ke Bima mendukung penuh tekad Maryam untuk terus melanjutkan sekolah. Meraih gelar Doktor di usia 83 tahun bukanlah hal mudah dan merupakan prestasi yang luar biasa. “Ini membuktikan bahwa ia memang pejuang tanpa menyerah dan pantas dijuluki Kartini sejati di era Milenium ini. Ia dapat dijadikan panutan bagi generasi sekarang dan masa datang,” ujar Saleh.sumber : http://www.unpad.ac.id/archives/31445

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun