Di tengah matahari yang terik, seorang bapak tetap menjajakan dagangan asongannya. Tidak mengenal kata menyerah, ia terus berjuang pada bulan ramadan ini.
Di saat membaca klasik adalah suatu yang mulai tergerus zaman, tak ada guratan putus asa tampak di wajahnya. Ia tetap hilir mudik untuk menawarkan surat kabar hari ini.
Ia berjualan di perempatan lampu merah Semampir, Kediri. Beralih dari lampu merah arah Surabaya ke lampu merah yang lain. Berputar dari lampu merah satu ke lampu merah lainnya.
Ia meneruskan dari yang paling dekat lampu merah hingga paling ujung jauh. Saat lampu menyala hijau ia segera menepi. Terkadang ia seperti tidak peduli dengan nyawanya karena menyeberang tanpa menoleh karena tergesa desakan kendaraan yang baru berhenti itu.
Saat meawarkan, paling sering ia harus menghadapi angkat tangan seperti perpisahan. Banyak para sopir dan pengendara motor yang menolak tawaran dagangannya. Padahal ia juga agak kesulitan untuk berjalan dikarenakan di salah satu kaki ada kekurangan.
Semangatnya dalam menjajakan barang dagangan ditengah terik dan puasa membuatku ingin membantu dengan membeli dagangannya. Aku ikut bangga karena bagaimanapun bapak ini juga turut serta dalam meningkatkan minat baca di tengah gempuran arus teknologi modern.
Aku tidak mampu untuk banyak menceritakannya tapi sempat merekam sedikit dengan gawai yang aku bawa. Berikut video yang sempat aku rekam: nasib penjual surat kabar