Mohon tunggu...
Ade Ilyasak
Ade Ilyasak Mohon Tunggu... -

Cool, Calm & Confident

Selanjutnya

Tutup

Politik

Political Enterpreneurship

3 Agustus 2011   10:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:07 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan di Bawah ini has published on Serambi INDONESIA Daily edition: July 13, 2011: Mohon Kritikkan yang membangun, thanks :-)

http://aceh.tribunnews.com/news/view/60988/political-entrepreneur

POLITICAL ENTREPRENEURSHIP

Oleh: Ade Akhmad Ilyasa,’ peserta sekolah demokrasi aceh utara

Jelang Pilkadasung adalah prosesi demokrasi procedural yang intinya memilih kepemimpinan lewat hiruk-pikuk demokrasi berbarengan munculnya tolak tarik terhadap pasal calon perseorangan yang telah dianulir MK beberapa waktu yang lalu. Sebagai masyarakat awam, penulis tidak ingin membahas masalah yang harusnya tak perlu dibahas lagi tersebut, tinggal kedewasaan berdemokrasilah jawaban dari diterima atau ditolaknya pasal calon perseorangan tersebut oleh DPRA maupun Eksekutif di Aceh.

Rakyat masih berharap hadirnya pemimpin politik/pemerintahan yang bisa menawarkan solusi baru bagi kondisi ekonomi yang ada. Sosok yang diidamkan ini sepertinya pas bila kita sebut sebagai political entrepreneur, sebagai kombinasi negarawan yang bermental wirausaha.

Political entrepreneurbukan bermakna politikus yang berlatar belakang usahawan, pedagang, pebisnis atau saudagar. Tafsiran seperti ini sering muncul ketika kita mendengar kata entrepreneur, dalam kamus sering diartikan sebagai pengusaha.

Entrepreneur adalah orang-orang yang sanggup mewujudkan lahirnya solusi atau resolusi baru yang dapat diwujudkan dalam bentuk ide, barang, dan jasa, sedangkan para profesional adalah orang-orang yang dengan keahlian manajerialnya (konseptual, relasi sosial maupun teknis) mampu mengadopsi, mendifusikan, dan malahan sanggup menyempurnakan produk tersebut (ide, barang, dan jasa) dalam memecahkan dan memuaskan disolusi yang secara kontinu serta dinamis senantiasa hadir pada setiap individu dalam siklus kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Faisal Afiff, 2001).

Pemimpin yang terpilih kelak harusnya bisa menerapkan sistem pemerintahan yang berbasis kewirausahaan. Artinya, peranan lembaga-lembaga negara maupun lembaga swasta dan kepala daerah tidak hanya bertindak sebagai pejabat negara yang kaku sesuai tugas posisinya, tapi juga berperan sebagai pemimpin atau CEO dari AtjehSuper-coorporated. Hanya dengan pemerintahan berbasis political entrepreneurship inilah Aceh akan bisa mengentaskan diri dari berbagai masalah ekonomi yang sekarang membelitdefisit anggaran di beberapa kabupaten kota di Aceh.

Kabupaten Aceh Utara, dari luar terlihat seolah Aceh Utara masih memiliki kemampuan yang cukup kuat membangun daerah yang pernah dijuluki kabupaten kedua terkaya di Indonesia setelah Kutai Kertanegara.Meskipun alokasi APBK Tahun 2011 senilai 1,073 Trilyun, Aceh Utara ternyata belum juga bisa berbenah. Data Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Kabupaten Aceh Utara, Desember 2010, jumlah pengangguran di Kabupaten Aceh Utara mencapai 50.043 orang atau paling banyak dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Aceh. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar 49. 120 orang tahun 2009, 26.620 orang (14,02 %) tahun 2008 dan 27.440 orang (13,34 %) dari jumlah angkatan kerja tahun 2007. Meningkatnya angka pengangguran ini relevan dengan temuan Labour Market Survey (LMS) yang dilakukan ILO di Aceh (2009) yang memprediksi besarnya proyeksi kesenjangan negatif pada tahun 2012 antara kesempatan kerja (job opportunities) dengan jumlah angkatan kerja.

Daftar panjang kegagalan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), seperti pengelolaan Kapal Dagang Marisa, Pabrik fiberglas, Pengoperasian kembali Pabrik KKA, Proyek North Aceh Airline (NAA) dan lain-lain makin mempertontonkan lamban dan buruknya kinerja pejabat daerah (Eksekutif dan Legislatif) dalam merespon dinamika pembangunan di Aceh Utara.

Upaya-upaya perintisan dan penanggulangan krisis ekonomi, politik, dan sosial kemasyarakatan lain sebaiknya didelegasikan kepada entrepreneur politik di pemerintahan, sedangkan upaya-upaya pengelolaan serta pengembangan sebaiknya didelegasikan kepada pihak entrepreneur profesional. Sebagai contoh Franklin D Roosevelt hadir di tengah-tengah bangsa Amerika Serikat menjadi seorang presiden yang berhasil membangun kepercayaan dan harapan rakyatnya. Dia mampu membentuk peran strategi political entrepreneurship kepada jajaran tim eksekutif untuk keluar dari krisis depresi ekonomi melalui kemampuannya berpidato dan keberaniannya mengambil serangkaian tindakan solutif dan inovatif secara cepat dan tepat. Tindakannya lebih mencerminkan peran karakteristik peran strategis political entrepreneurship ketimbang mendambakan policy good corporate government semata yang selalu mengharapkan sistem benar dengan sendirinya. Contoh lain adalah Presiden Korea Park Chung Hie yang dulu berani memberikan perhatian besar pada mikroekonomi pengembangan sumbangan daya manusia yang bersifat mandiri demi kemakmuran. Hasilnya perusahaan-perusahaan di negeri ginseng itu tumbuh dengan cepat dan menjadi konglomerat tangguh.
Di awal jabatannya, Park Chung Hie menggebrak dengan memperhatikan sektor mikroekonomi secara cepat untuk segera keluar dari krisis moneternya. Karena saat itu Korea tidak punya apa-apa. Justru tindakan motivatif sektor mikroekonomi inilah yang menjadi landasan pertumbuhan ekonomi di Korea sehingga bisa menumbuhkan konglomerat tangguh seperti Hyundai dan KIA.

Perbedaan Political Enterpreneurship dengan professional murni terlihat secara kasat mata laksana dua golongan “Tukang Makan.” Pertama Tukang makan yang motivasi makannya karena kebutuhan untuk makan, sedangkan golongan kedua menjadi tukang makan karena termotivasi oleh keinginannya untuk makan. Tukang makan memiliki banyak arti dan konotasi, Tukang makan yang menjadi arsitek didapur sebuah resto yang disebut Chef akan memakan/mencicipi terlebih dahulu makanan yang akan dihidangkan kepada pemesan, jika belum memenuhi standar maka ia akan meminta koki untuk mengulangi proses pembuatannya hingga makanan tersebut benar-benar memenuhi stadar terbaik resto tersebut, adalah sebuah kebutuhan menyajikan makanan terbaik adalah motivasi utama sang Chef. Tukang makan keringat bawahan, APBN, APBD/APBK adalah orang yang hanya memiliki motivasi sesaat, kurang kreatifitas dan malas namun ingin mendapatkan sesuatu secara cepat dan memuaskan kantong pribadi dan atau golongannya saja. Tukang makan rezeki orang ini termotivasi memenuhi daftar keinginannya yang maha panjang dan tidak terbatas.

Menurut Baginda Rasullullah SAW, pola makan yang baik adalah makan sebelum terlalu lapar dan berhenti makan sebelum kekenyangan dan hanya memakan makanan yang halal dan sesuai takarannya dengan kebutuhan tubuhnya tidak makan secara berlebihan, bahasa popular sekarang disebut dengan pola makan yang seimbang.

Bingung memilih pemimpin dengan pola makan yang bagaimana? Kita hanya perlu menyesuaikan pola makan calon Pemimpin kita dengan pola makan kita apakah makan yang dimotivasi oleh kebutuhan tubuh atau makan sekeyang-kenyangnya guna memuaskan keinginan yang tak berujung. Bereskan.

***


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun