Mohon tunggu...
Lusia Imelda Jahaubun
Lusia Imelda Jahaubun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gadis desa dengan mimpi bisa mengelilingi dunia

Karena beberapa perasaan sulit untuk diungkapkan, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara dari Dalam

17 Maret 2019   21:11 Diperbarui: 17 Maret 2019   21:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://earthhealingnetwork.com

Beberapa hari yang lalu, saya menyempatkan diri ke Ibu Kota Jakarta demi sebuah urusan keluarga. Berhubung ada rekan satu kampus dulu yang tinggal juga di Jakarta, jadilah kita merencanakan untuk bertemu setelah bertahun-tahun lulus dan mencar.

Selayaknya orang yang sudah lama tidak bertemu, kita menjadi begitu histeris ketika saling bertatapan satu sama lainnya. Tibalah kita pada duduk santai ngopi di McD serta mulai membahas hal-hal yang ringan sampai pada hal berat terkait alasan saya berpindah keyakinan ke Muslim.

Topik ini memang berat tapi selalu asik untuk dibahas.

Pertanyaan pertama yang dia lontarkan setelah diskusi ringan adalah, 

"Koq bisa loe pindah? padahal loe itu khan (menurut gw ini ya) radikal banget tapi koq bisa ya?"

Saya  hanya bisa tersenyum simpul sambil berujar, 

"Saya juga bingung koq bisa ya saya sampai pindah. Tapi yang pasti saya punya alasan even diawal perpindahan, saya merasa berat tapi saya plong setidaknya saya bisa mengikuti apa kata hati saya."

Percakapan kami semakin hari semakin mengerucut ke topik perpindahan saya ke Islam, sampai pada satu titik saya berujar, 

"Saya ber-Islam bukan karena paksaan atau tekanan dari lingkungan, tapi saya tertekan dari dalam. Islam begitu "menekan" saya dari dalam."

Rekan saya semakin penasaran, apa sebenarnya yang Islam sudah perbuat sehingga saya begitu gelisah dan memilih untuk memeluknya sekarang?

Saya gelisah dengan suara adzan subuh. Suara itu selalu membangunkan saya. Saya gelisah karena dari dalam saya menghendaki saya untuk bergerak melakukan sesuatu tapi entah apa,.. saya berpikir mungkin saya harus berolahraga, saya olah raga!, Tapi suara itu masih terus memanggil saya untuk melakukan hal yang saya sendiri tidak tau. You know,.. suara itu menggema bukan hanya 1 kali, saya tersiksa. Sampai pada akhirnya suara itu diam ketika saya bersahadat. Ternyata suara itu menghendaki saya untuk bangun pagi-pagi dan mengerjakan sholat. Unbelievable, right? Jadi kalau loe bilang loe gk percaya, gw juga!"

"Tapi kenapa harus dengan sahadat? Kamu sudah cari cara lain selain sahadat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun