Mengenang Cerita Dulu yang Pernah Ada
Sewengi tan biso nendro
Gawang-gawang katon ning netro
Tak sesuwun mugi enggal enjang
Ngekes ing ati sing kapang
( semalam tanpa bisa terpejam, selalu terbayang-bayang dalam mata, aku berharap dan meminta agar secepatnya pagi datang, menghibur hati yang rindu lara )
Suara rengeng-rengeng Pakde Gendut mengikuti suara penyanyi wanita yang melaras lagu Panjerino, tiba-tiba membuat Day malam ini begitu rindu dengan Jun.
Wajah tampan dengan sorot mata tajam dan senyum yang begitu cool menyentuh kegersangan hatinya yang selama ini luruh dalam kesepian begitu menyiksa, seketika menyala dari sebuah percikan menjadi bara yang membakar.
Perjumpaan pertama
Perkenalan selanjutnya
Hatinya yang lara dalam sepi langsung tertawan dengan senyum dan tutur sapa yang
menjerat pikat.
Sebelumnya, beberapa kali di setiap malam yang sepi ngelangut, Pakde Gendut pensiunan Pegawai Pekerjaan Umum itu selalu mengisi malam-malam sepinya dengan menyetel radio, atau piringan hitam langam-langam Jawa yang sarat arti dan makna sambil rengeng-rengeng atau bersenandung lirih namun suaranya mampu mengaduk dan mengoyak cerita kisah Day yang semula tersimpan rapi dan menghuni bingkai kenangan dengan kekasihnya dulu!
Day selalu tersentuh dan teriris, tanpa sadar sambil mengusap mesra si bungsu yang mulai lelap dijerat mimpi, air matanya jatuh membasahi pipinya.
Ia teringat semua kemanisan dulu.
Ingat kemesraan cinta lalu.
Tapi sekarang berbeda, senandung itu mampu datang dan menyisip, mengelus tepian hatinya yang perlahan menguncup dan mekar.
Ada sebuah nama
Ada sebuah senyum
Ada tutur sapa melagu rindu