Mohon tunggu...
Dr. Jafrizal
Dr. Jafrizal Mohon Tunggu... Dr. drh. Jafrizal, MM, Pejabat Otoritas Veteriner Provinsi Sumatera Selatan, Ketua PDHI Sumsel 2016-2024, Praktisi dan Owner Jafvet Clinic, Abdi Negara di Pemprov Sumsel

Hobinya berfikir, menulis, berkata dan melakukan apa yang telah dikatakan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Membangun Peternakan Naturalisasi: Saatnya Indonesia Berdaulat Protein Hewani

30 September 2025   05:28 Diperbarui: 30 September 2025   05:51 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerbau Rawa Pampangan disaat Musi Kering (foto: RMH)

Membangun Peternakan Naturalisasi: Saatnya Indonesia Berdaulat Protein Hewani

Oleh: Dr. drh. Jafrizal, MM/Dokter Hewan

Publik Indonesia tentu sudah akrab dengan istilah naturalisasi, naturalisasi pemain sepak bola. Kita mendatangkan pemain dari luar negeri yang memiliki darah keturunan Indonesia, lalu diberi status kewarganegaraan agar bisa memperkuat tim nasional.

Namun, dalam dunia peternakan, konsep naturalisasi sedikit berbeda. Pada sepak bola, syarat utama naturalisasi adalah darah keturunan. Sedangkan pada peternakan,naturalisasi dilakukan dengan cara mendatangkan bibit asli dari luar negeri, lalu dipersilangkan dengan plasma nutfah lokal untuk melahirkan generasi baru yang adaptif dan produktif.

Konsumsi Rendah, Impor Tinggi

Indonesia punya mimpi besar: menjadi negara maju pada 2045. Namun, ada satu pekerjaan rumah besar yang jarang disorot, yakni kemandirian protein hewani.

Fakta berbicara: konsumsi daging sapi masyarakat Indonesia hanya 2,5 kg per kapita per tahun (FAO, 2022). Angka ini bukan hanya jauh di bawah rata-rata dunia (9 kg), tetapi juga kalah dari tetangga dekat seperti Vietnam (9,3 kg) dan Malaysia (11,5 kg).

Ironisnya, setiap tahun kita masih mengimpor: 350--500 ribu ton daging beku sapi/kerbau (BPS, 2023), lebih dari 400 ribu ekor sapi bakalan (Kementan, 2022), dan hampir 90% bibit sapi perah dari luar negeri.

Jika tidak ada perubahan, Indonesia akan terus menjadi pasar, bukan pemain.

Belajar dari Negeri Orang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun