Mohon tunggu...
Jacob Dethan
Jacob Dethan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Pencinta Teknologi dan Dunia Pendidikan Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia

31 Desember 2018   16:17 Diperbarui: 31 Desember 2018   16:36 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.geospatialworld.net

Indonesia merupakan negara rawan gempa dan tsunami. Salah satu penyebab utamanya adalah lokasi Indonesia yang terletak di antara jalur pertemuan 3 lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah terjadi 176 tsunami besar dan kecil di Indonesia sejak tahun 1692.

Begitu banyak korban jiwa telah berjatuhan yang harusnya menjadi peringatan untuk pemerintah agar sistem peringatan dini tsunami haruslah benar-benar dibangun secara profesional. Faktanya, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia ternyata sudah tidak beroperasi sejak tahun 2012. Penyebabnya adalah rusaknya 22 buoy tsunami yang berfungsi untuk menerima data tekanan gelombang dari alat pengukur yang ditempatkan di dasar laut.

Tidak adanya biaya pemeliharaan dan aksi vandalisme menjadi penyebab utama  rusaknya ke 22 buoy tsb. Kendala lainnya yang dihadapi BNPB adalah belum adanya sistem peringatan dini tsunaami yang disebabkan oleh erupsi gunung api dan longgsor bawah laut seperti yang disampaikan oleh Sutopo Purwo Nugroho sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB.

Hal ini sangatlah disayangkan melihat penyebab tsunami yang baru-baru ini melanda Selat Sunda yang kemungkinan disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.

Melalui akun Instagramnya, Presiden Joko Widodo menyatakan ingin memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kebencanaan dan untuk meminimalisir jumlah korban.

Hal ini tentulah patut diapresiasi. Tapi, hal yang sangat diperlukan untuk dibenahi secara cepat adalah pembangunan dan pemeliharaan sistem peringatan dini tsunami secara profesional. Ada beberapa metode yang dapat dikembangkan oleh dosen, peneliti dan mahasiswa di Indonesia yang dapat digunakan untuk menciptakan sistem peringatan dini tsunami yang efektif.

Penerapan Wireless Sensor Network dan Internet of Things sudah menjadi hasil penelitian oleh peneliti-peneliti kita. Bahkan sudah banyak skripsi mahasiswa yang dibuat terkait sistem peringatan ketinggian level air. Yang menjadi pertanyaan, apakah pemerintah dan pihak industri swasta mau mendukung dan mempercayai kaum intelektual Indonesia untuk menciptakan teknologi peringatan dini tsunami yang dapat meminimalisir jumlah korban secara signifikan?

Kepercayaan dan dukungan ini sangatlah penting karena buoy yang terdapat di Indonesia merupakan donasi yang diberikan oleh Amerika Serikat, Malaysia dan Jerman dengan harga yang tinggi. Produksi teknologi dalam negeri tentunya akan memperkecil investasi yang diperlukan dan biaya perawatannya.

Tapi, jika pemerintah belum memprioritaskan terciptanya sistem peringatan dini tsunami buatan dalam negeri, setidaknya kita harus secara serius merawat peralatan-peralatan pendukung dari sistem yang sudah ada.

Kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan vandalisme terhadap peralatan-peralatan tsb juga harus ditingkatkan mengingat mahalnya harga pemeliharaan dan pengadaan buoy, sensor, pengukur ketinggian gelombang dan peralatan terkait lainnya.

Melihat kondisi tsunami yang terjadi di Palu memberikan gambaran jelas bahwa kegagalan sistem peringaatan dini tsunami tidak hanya disebabkan oleh tidak berfungsinya buoy. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat mengandalkan data dari pengukur gelombang untuk mengirimkan peringatan adanya tsunami. Sayangnya peringatan tsb sepertinya tidak mencapai masyarakat dan bahkan terlalu dini dibatalkan oleh BMKG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun