Mohon tunggu...
YAKOB ARFIN
YAKOB ARFIN Mohon Tunggu... Buruh - GOD LOVES TO USE WHO ARE WILLING, NOT NECESSARILY THE CAPABLE

Addicted by Simon Reeve which experts conflict resolution documentary with his journey around the Carribean

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Baduy Kembali, Apa yang Harus Dikembalikan?

29 April 2016   08:53 Diperbarui: 29 April 2016   09:20 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah seorang pengunjung pameran "Rayakan Perbedaan Baduy Kembali" berpose memegang bubu, alat tangkap ikan yang biasa digunakan masyarakat Baduy (Foto: Yakob Arfin)“…Baduy Kembali, apa yang harus dikembalikan? Dikembalikan ke mana?” Pertanyaan menggelitik telinga yang dilontarkan Imam B Prasodjo, pengamat sosial UI membuka diskusi.

Hari-hari pun berlalu, tema berbalut budaya pun mengantree menggantikan ‘Rayakan Perbedaan Baduy Kembali’ yang dirayakan pekan pertama April lalu, di Bentara Budaya Jakarta.

Meski telah jauh beranjak, jejaknya menimpa ingatan yang tak boleh hilang. Awam, dan tak paham rincian budaya Baduy. Sementara yang saya tahu hanya corak kain putih, hitam dan madu. Tak sempat sambang ke Kampung Baduy, di sinilah ruang belajar cuma-cuma untuk mengenal wastra dan etalase kehidupan baduy

Kain tenun baduy aneka corak dan warna tertata rapi, memanggil-manggil penikmat pameran untuk urun harga dan sesumbar tanya.

Kain rona cerah merah direntangkan perempuan paruh baya, menjajal serta memadankan di bahu menyeleksi selera. Terdengar pula obrolan singkat soal motif, pola, bahan dan juga harga.

Di sudut lain, tas selempang jaring-jaring dari serta Kayu Teureup ditata di meja. Dari ukuran kecil hingga sedang. Menambah apik dan menggaet minat.

bk-5722af748efdfdd004e55975.jpg
bk-5722af748efdfdd004e55975.jpg
Sosiolog UI Imam B Prasodjo (kedua dari kiri) dalam diskusi Rayakan Perbedaan Baduy Kembali (Foto: Yakob Arfin)

Kembali menyimak pertanyaan Imam B Prasodjo, dikembalikan ke mana? Dilema. Pertanyaan yang sulit dicerna. Entitas Baduy di bumi Kanekes Banten berada di tengah performa pembangunan. Diapit dua sisi yang terlihat menarik, namun saling berlawanan dengan nilai yang teguh dipegang leluhur.

Persoalan KTP, pendidikan hingga soal pemberdayaan ekonomi lokal,  yang menurut orang luar seperti saya, dapat menjadi pijakan keberdayaan. Lantas, apakah mereka selama ini tak berdaya? Pertanyaan itu kembali menjadi pertimbangan logika.

Mereka arif dan tetap berdaya dengan caranya sendiri, meski mereka kerap dipandang terbatas akses soal jual beli.

bk3-5722b031377b6128048b456b.jpg
bk3-5722b031377b6128048b456b.jpg
Serat benang bahan baju adat masayarakat Baduy, dari Kayu Teureup (Foto: Yakob Arfin)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun