Potensi wisata bahari di Kabupaten Mempawah semakin mendapat perhatian. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang digagas dosen Universitas Tanjungpura, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Jejak Nusa kini diperkuat kapasitasnya untuk mengelola ekowisata berkelanjutan di Desa Semudun. Langkah ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus menjaga kelestarian laut. Berbagai kegiatan mulai dari pelatihan, penyediaan fasilitas, hingga pendampingan intensif dilakukan untuk memastikan kelompok ini mampu mengelola wisata bahari secara mandiri dan profesional.
Potensi Wisata dan Keterbatasan Pengelolaan
Kabupaten Mempawah memiliki sejumlah pulau dengan daya tarik wisata bahari yang memukau. Pulau Datuk dan Setinjan dikenal dengan panorama bawah laut yang kaya terumbu karang, cocok untuk snorkeling dan diving. Sementara itu, Pulau Temajo menawarkan hamparan pasir putih serta panorama matahari terbit dan terbenam yang menawan. Dengan jarak tempuh yang relatif dekat dari Pontianak, kawasan ini memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata andalan Kalimantan Barat. Namun, kondisi lapangan menunjukkan masih banyak kendala. Pokdarwis Jejak Nusa, kelompok yang lahir dari inisiatif pemuda desa, menghadapi keterbatasan sarana dan kapasitas manajerial. Sekretariat masih menumpang di rumah ketua, kapal wisata memanfaatkan kapal nelayan, dan alat snorkeling sangat terbatas. Selain itu, strategi pemasaran masih sederhana, lebih banyak mengandalkan komunikasi personal, sehingga daya jangkau promosi terbatas.
Padahal, peluang ekonomi dari pariwisata ini sangat besar. Homestay, jasa tour guide, penyewaan alat snorkeling, hingga usaha kuliner lokal bisa tumbuh pesat jika dikelola dengan baik. Keterlibatan masyarakat dari berbagai lapisan, mulai dari pemilik kapal, nelayan, hingga ibu rumah tangga, dapat menciptakan rantai ekonomi yang saling menguatkan. Sayangnya, keterbatasan kemampuan manajemen membuat potensi ini belum tergarap optimal. Dalam situasi inilah peran perguruan tinggi menjadi penting, hadir memberi solusi dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.
Program PKM untuk Penguatan Pokdarwis
Menjawab tantangan tersebut, Universitas Tanjungpura melalui tim dosen dan mahasiswa melaksanakan program PKM Kemitraan. Program ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Sasaran utama adalah memperkuat kapasitas kelembagaan Pokdarwis Jejak Nusa agar mampu mengelola wisata bahari berbasis ekowisata berkelanjutan. Fokus program mencakup manajemen organisasi, pengelolaan sumber daya manusia, strategi pemasaran digital, hingga penyediaan sarana snorkeling dan dokumentasi bawah laut.
“Selama ini aktivitas kelompok lebih banyak mengandalkan fasilitas pribadi. Dengan pendampingan ini, Pokdarwis diharapkan mampu berdiri mandiri dan profesional,” ujar Jumardi Budiman, Ketua Tim PKM. Menurutnya, keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan menjadi kunci agar program tidak berhenti di atas kertas, tetapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga.
Tahap-tahap Kegiatan
Pelaksanaan PKM disusun dalam lima tahap utama, yaitu sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta perencanaan keberlanjutan. Setiap tahap dirancang partisipatif dengan melibatkan Pokdarwis sebagai subjek utama kegiatan.
Tahap pertama, sosialisasi, dilakukan melalui forum tatap muka dengan anggota Pokdarwis dan tokoh masyarakat setempat. Dalam forum ini diperkenalkan konsep ekowisata berkelanjutan, pentingnya peran Pokdarwis, serta komitmen bersama menjaga kelestarian laut. Tahap ini juga memetakan potensi wisata bahari di Datuk, Setinjan, dan Temajo, sekaligus mengidentifikasi masalah yang dihadapi kelompok.
Tahap kedua adalah pelatihan. Tim menghadirkan akademisi, praktisi pariwisata, dan narasumber teknis. Materi pelatihan meliputi manajemen usaha pariwisata, pengelolaan keuangan, pelayanan wisatawan, pemasaran digital, hingga keterampilan teknis snorkeling. Peserta tidak hanya menerima materi, tetapi juga praktik langsung melalui simulasi lapangan. Pelatihan ini memperkuat pemahaman bahwa pengelolaan wisata tidak sekadar menjual paket, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem.