Mohon tunggu...
Izzaturraihan
Izzaturraihan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Mandi Balimau Masyarakat Minangkabau

23 Juni 2021   15:55 Diperbarui: 23 Juni 2021   16:14 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Balimau sudah menjadi tradisi tersediri bagi masyarakat Minangkabau dari tahun ke tahun. Balimau bagi masyarakat Minangkabau memiliki makna khusus, seperti penyucian diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan.

Mandi balimau merupakan tradisi  yang dilakukan sebelum masuknya bulan suci Ramadan dengan mandi menggunakan jeruk nipis, daun pandan, bunga kenanga, dan akar tanaman gambelu. 

Bahan alami ini dimasukkan secara bersamaan ke air hangat dan dan menjadi satu kesatuan yang disebut dengan Balimau. Biasa dilakukan di sungai atau tempat pemandian, yang berkembang di kalangan masyarakat Minangkabau.

Biasanya, balimau ini dilakukan oleh masyarakat Minangkabau satu atau dua hari, bahkan ada yang melakukan seminggu sebelum masuknya bulan puasa. Biasanya, sungai atau tempat pemandian sudah menjadi tujuan bagi masyarakat Minang apabila sudah memasuki jadwalnya.

"Menyucikan diri" yang merupakan makna awal dari adanya tradisi mandi balimau ini, yang sekarang  juga dijadikan bagi masyarakat Minangkabau sebagai wadah untuk liburan, rekreasi, untuk sekedar terlepas dari hiruk pikuk keseharian mereka. Juga dari kalangan ulama terdapat  pro dan kontra tentang tradisi ini, tapi masyarakat tetap melakukannya.

Menurut ketua MUI Sumbar, Guzrizal Gazhar, "Tradisi Balimau itu bukan merupakan bagian dari syariat ataupun tata cara menyambut Ramdhan, apalagi dengan mandi mandi dan membuka aurat, ini tidak sesuai dengan syarak, malah memberikan dampak negatif kepada generasi muda."

Hikayat Mandi Balimau

Bangtjik Kamaluddin menulis dalam sebuah referensi dalam bukunya Mandi Balimau Di Dusun Limbung Bangka Belitung bahwa awal mula pelaksanaan tradisi ini adalah masyarakat desa Jada Bahri dan Kimak di Kabupaten Bangka Kecamatan Merawang, Provinsi Bangka Belitung.

Seorang bangsawan dari Kerajaan Mataram Yogyakarta bernama Depati Bahrein melarikan diri dari perburuan Belanda. Kemudian pada tahun 1700-an, Depati Bahrein tiba di Pulau Bangka bersama pasukannya.

"Konon Depati Bahrein kemudian melakukan ritual mandi pertobatan yang kemudian dicontoh oleh warga sekitar," tulis Bangtjik Kamaluddin.

Akhirnya, sebelum memasuki Ramadhan, istilah "mandi pertobatan" menyebar ke sebagian besar tanah Melayu. Tradisi ini disebut balimau atau bakasai di daerah lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun