Siapa yang tidak suka mendokumentasikan hal-hal di sekitar? Biasanya, orang cenderung mendokumentasikan suatu perayaaan atau hari-hari penting. Seperti pesta ulangtahun, acara pernikahan, atau momen-momen saat liburan ke luar negeri. Hasil dari dokumentasi dari kegiatan-kegiatan tersebut kemudian dikurasi yang terlihat bagus untuk kemudian diunggah di media sosial. Berbeda dengan fenomena dump account ini, hal-hal yang dicantumkan dalam suatu post cenderung lebih raw dan unfiltered tapi tetap terlihat effortlessly eye-pleasing.
Awal mula tren pembuatan dump account ini muncul saat para pengguna media sosial, terutama anak muda, merasa ingin membagikan foto-foto maupun video keseharian yang dirasa kurang menarik atau kurang proper untuk diunggah di akun pertama atau main account Instagram. Berbeda dengan second account, yaitu akun yang digunakan sebagai wadah penggunanya untuk membagikan hal apapun yang ingin dibagikan kepada teman-teman dekat saja dan diatur private, dump account biasanya merupakan suatu akun yang di-setting public sehingga semua orang dapat melihat apa yang diunggah di akun tersebut.
Pengguna dump account biasanya mengunggah posting-an lebih sering dibandingkan pada first account mereka. Unggahan-unggahan yang ada pun biasanya lebih terkesan abstrak dan random. Terkadang hanya menunjukkan suatu tempat yang dikunjungi, foto minuman di sebuah cafe, ataupun objek sekitar lainnya yang terkesan no context, namun somehow terlihat bagus. Sebenarnya, seperti jenis-jenis akun lainnya, posting-an pada dump account tidak bisa digeneralisir. Tentu setiap orang memiliki their own take dalam penggunaan suatu akun media sosial yang merupakan suatu hal personal untuk masing-masing orang. Beberapa lebih memperhatikan keserasian keseluruhan feeds, seperti mereka memperhatikan feeds di Instagram main account namun dengan menampilkan konten yang berbeda. Beberapa lainnya tidak terlalu memperdulikan feeds dan fokus terhadap tujuan utama yaitu untuk membagikan momen yang dirasa memorable, namun tidak “good enough” untuk diunggah pada first account.
Mungkin beberapa orang menganggap penggunaan beda-akun-beda-fungsi ini sesuatu yang meribetkan dan unnecessary. Namun, untuk beberapa orang dan saya personally, ini merupakan suatu wadah untuk membagikan hal-hal yang dianggap lucu dan bagus namun merasa kurang first-account-appropriate. Seperti salah satu teman saya yang saya wawancarai mengenai fenomena dump account ini, Acha. Acha merupakan salah satu teman saya yang juga pengguna dump account, yang aktif mengunggah foto-foto kesehariannya. Saya bertanya apa alasan ia membuka akun dump dan ia menjawab “Dump account ini jadi akun untuk gue nge-post hal-hal yang gue rasa kurang ok buat di-post di main account, kayak takut di-judge gitu karena dirasa kurang penting sama orang-orang,” kemudian Acha menambahkan alasan lain, “Ini juga salah satu bentuk bersyukur dan cara untuk romanticizing life hahaha.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI