Mohon tunggu...
Dwi Lestari
Dwi Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indraprasta PGRI

Sunday Morning

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etnomatematika: Wajah Baru Dunia Matematika

14 Juli 2022   00:33 Diperbarui: 14 Juli 2022   00:40 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Matematika merupakan suatu ilmu pasti yang terikat dengan angka, rumus, dan simbol-simbol. Matematika dianggap pelajaran yang sulit dan tidak bisa untuk dipahami bagi sebagian siswa, sehingga mereka malas untuk mencari tahu bagaimana cara mudah untuk memahaminya. 

Sikap awal terhadap suatu mata pelajaran akan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, tidak terkecuali dengan matematika. Untuk itu diperlukan metode yang tepat untuk siswa agar dapat menyukai dan memahami matematika dengan baik.

Budaya adalah suatu kebiasaan yang sudah melekat di suatu daerah dan dilestarikan secara turun-temurun. Budaya di setiap negara belahan dunia ini berbeda-beda, terlebih Indonesia yang memiliki beragam suku di wilayahnya. Kebudayaan tersebut seperti rumah adat tradisional, makanan daerah, pakaian daerah, tari tradisional, permainan tradisional, dan masih banyak lagi. 

Budaya merupakan suatu kekayaan yang dimiliki oleh setiap negara dan dapat mempererat hubungan antar masyarakat. Kekayaan itu harus dilestarikan agar tidak hilang di kemudian hari.  

Suatu ilmu yang menjembatani matematika dengan budaya adalah etnomatematika. Etnomatematika merupakan metode pembelajaran matematika yang terbilang baru dikembangkan di Indonesia. Banyak orang awam yang asing mendengar kata ini.

Proses pembelajaran matematika dapat menarik perhatian siswa dengan menggabungkan matematika dengan budaya di kelas.

Misalnya, seorang guru menggunakan makanan tradisional khas Betawi sebagai pembelajaran di kelas. Makanan tradisional khas Betawi pun beragam ada kerak telor, cucur, kue lupis, kue dongkal, dll. Guru dapat membuat kelompok kecil di dalam kelas yang beranggotakan 3 orang per kelompok. 

Kemudian, masing-masing kelompok ditugaskan untuk membawa salah satu makanan tradisional khas Betawi. Setelah itu, masing-masing kelompok mengamati bentuk makanan tradisional tersebut. Dalam kegiatan tersebut, siswa akan mengetahui bahwa kerak telor dan cucur berbentuk lingkaran. Kue lupis berbentuk segitiga. Sedangkan kue dongkal berbentuk bangun ruang yaitu kerucut.

Selain untuk mempermudah siswa untuk memahami matematika, pembelajaran etnomatematika di kelas juga dapat melestarikan makanan tradisional yang sudah mulai pudar. Selain itu, dapat memperkenalkan kepada generasi muda bahwa Indonesia memiliki makanan tradisional yang beragam.

Menggunakan permainan tradisional juga dapat menjadi pilihan yang sangat baik, mengingat siswa lebih suka jika diajak bermain. Cara yang digunakan dapat seperti contoh di atas dan dapat dikembangkan sesuai situasi dan kondisi di dalam kelas.

Kebudayaan yang mulai luntur oleh majunya perkembangan teknologi harus dapat dihindari, karena siswa merupakan generasi bangsa yang akan melestarikan budaya bangsa nantinya. Oleh karena itu, metode pembelajaran matematematika berbasis budaya atau etnomatematika dapat menjadi metode pembelajaran alternatif yang efektif untuk siswa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun