Mohon tunggu...
Iwan Octovio
Iwan Octovio Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

WORK FOR PEACE!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar Menjadi Sesama Manusia Dari Orang-orang Desa

25 Januari 2011   20:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11 742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12959868161499909065

Malam  dingin diselingi hujan rintik tidak menyurutkan niat saya untuk segera kembali ke kos-kosan yang terletak di daerah pedesaan, pinggir kota Yogyakarta (Sleman). Ketika sampai di ujung jalan menuju kos, saya tertegun dan perasaan tidak enak segera menggangu di hati. Pertanyaan pun muncul, "ada apa ini, kok sudah larut malam banyak orang mondar-mandir di depan rumah Ibu kos yang bersebelahan dengan kos tempat saya tingggal ?".  Semua terlihat tergesa-gesa dengan raut muka yang jauh dari kata ceria. Saya penasaran dan meneruskan langkah yang tadi sempat terhenti. Ketika Baru saja tiba di depan pintu gerbang rumah ibu kos, salah seorang teman berkata tanpa basa-basi,  "Mbah Putri (Orang tua perempuan ibu kos) meninggal bro, barusan aja, beberapa menit lalu". Saya hanya diam dan lansung masuk ke kamar, meletakkan tas dan kembali lagi ke halaman, berkumpul bersama teman-teman yang lain untuk membantu menyiapkan ini dan itu. Sementara itu para tamu dan keluarga dalam tempo singkat semakin banyak yang datang. Beberapa diantaranya telah saya kenal. Ada yang bekerja sebagai penjual makanan di angkringan, ada yang menjaga toko 24 jam, ada pemilik warung. Semua aktifitas berjualan sengaja dihentikan dan rasa lelah serta kantuk dilawan ketika mendengar berita lelayu malam ini. Mereka tidak peduli lagi dengan pekerjaan, yang ada di benak mereka, bagaimana bergotong-royong membantu keluarga yang sedang berduka. Para pemuda, bapak-bapak serta ibu-ibu, tidak ketinggalan beberapa orang lanjut usia  mengerjakan tugas masing-masing untuk mempersiapakan serta membersihkan rumah ibu kos sebagai tempat yang akan digunakan untuk menyemayamkan jenazah mbah Putri malam itu juga. Ada yang memasang lampu tambahan, ada yang meminjam kursi, ada yang memasang tenda, ada pula yang mempersiapkan air dan tempat untuk memandikan jenazah. Semua bersama-sama, kompak, bahu-mambahu dan pekerjaan menjadi ringan. Yang terlihat oleh saya, selain rasa sedih dan  kehilangan karena kematian salah satu anggota keluarga atau tetangga mereka, bapak-bapak, ibu-ibu, serta para pemuda yang berada di sekitar saya memancarkan pesona kekeluargaan, kebersamaan, persaudaraan, pengorbanan, serta gotong -royong yang sangat khas di dalam bekerja. Mereka datang tanpa menunggu dipanggil atau diundang dan bekerja tanpa diminta. Semua bersatu, penuh kerukunan dan saling menguatkan . Tidak beberapa lama kemudian satu-persatu pekerjaan telah selesai. Saya kembali tertegun untuk kedua kalinya. Tetapi kali ini dengan sorot mata kagum dan sedikit muncul rasa haru. Orang-orang desa seperti mereka yang dicap tertinggal dan tidak tahu apa-apa  lebih tahu bagaimana  menjadi sesama dan saudara bagi orang lain dengan ketulusan dan penuh simpati. Mereka hidup sebagai satu keluarga dan jauh dari kesan individualisme di tengah-tengah dunia yang semakin susah dicerna. Saat ini budaya konsumerisme, hedonisme, individualisme, materialisme telah merasuki kehidupan. Tidak ada lagi kata sesama, kekeluargaan dan pengorbanan jika itu demi pekerjaan (uang) apalagi dengan nuansa kompetitif yang buas ( Homo Homini Lupus). Tetapi malam ini saya merasakan lain. Ternyata jika ingin belajar bagaimana menjadi manusia bagi manusia lain, tidak perlu jauh-jauh sampai ke bulan, orang-orang desa adalah contoh dan guru kehidupan yang jujur. Ada damai di mata, tutur kata, dan sikap mereka. Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun