Mohon tunggu...
Moh Ikhwan Alkahfi
Moh Ikhwan Alkahfi Mohon Tunggu... Fresh Graduate Chemical Engineering

Shall we explore together?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Istana Siak yang Megah, Saksi Bisu Sejarah Kesultanan yang Bertuah

29 April 2025   18:37 Diperbarui: 29 April 2025   20:50 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area paving block pada alun-alun depan Istana Siak lengkap dengan jogging track (Dokpri)

Di balik tenang dan slow living-nya kehidupan masyarakat Siak Sri Indrapura, tersimpan jutaan kisah sejarah di setiap sisi bangunan-bangunannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Siak juga akhir-akhir ini dinobatkan sebagai Kota Pusaka.

Jikalau di tata surya berintikan matahari, maka tata sejarah Kesultanan Melayu Siak juga memiliki satu pusat yang mencolok dan sebagai otak dari keseluruhan sistem di sini. Tak pelak "pusat" ini pun menjadi ikon kebesaran dan kebanggaan masyarakat Siak dan Riau pada umumnya.

Baca Juga : Tak Perlu Lagi Malu-Malu Berkreasi Bersama Riau Creative Hub 

Dengan bercatkan kuning dan bergaya arsitektur campuran Melayu, Arab, dan Eropa, Istana Asserayah Hasyimiyah berdiri tegak di pusat kota Siak Sri Indrapura. Di sekitarannya, aktivitas masyarakat mengelilinginya pada masa itu.

Seperti apa kisah-kisah sejarah yang terendap di dalam indahnya Istana Siak? Mari kita eksplor bersama-sama di artikel berikut!

Museum Bersejarah

Area paving block pada alun-alun depan Istana Siak lengkap dengan jogging track (Dokpri)
Area paving block pada alun-alun depan Istana Siak lengkap dengan jogging track (Dokpri)

Saat ini layaknya Tangsi Militer Belanda Siak, bangunan istana telah dijadikan sebagai museum yang menyimpan banyak benda dan foto peristiwa bersejarah terkait dengan Kesultanan Siak.

Di bagian depan istana di luar pagar, terdapat suatu lapangan rumput luas semacam alun-alun. Tidak hanya itu, sekelilingnya sudah dilapis paving block dan guiding block layaknya jogging track serta terpancang tiang penunjuk arah ke objek wisata sekitar.

Kebetulan saat itu sedang siang hari yang terik-teriknya menyinari Kota Siak, sehingga hanya sedikit orang yang ada di sana melainkan para pedagang minuman.

Untuk memasuki kawasan istana, kita bisa membeli karcis di loket yang berada tidak jauh dari kawasan istana. Dengan retribusi sebesar Rp10.000,- per orang di hari kerja normal, kita sudah bisa menelusuri segudang sejarah yang tersimpan di dalam kompleks istana.

Taman yang Indah dan Rapi

Suasana taman dilihat dari bagian dalam (Dokpri)
Suasana taman dilihat dari bagian dalam (Dokpri)
Sesaat setelah menyerahkan tiket kepada petugas, kita akan langsung disambut dengan taman yang rapi, indah, dan terawat. Tidak hanya itu, taman tersebut juga seolah-olah ikut mengantarkan kita dari area luar menuju gerbang pintu masuk bangunan istana.

Bunga-bunga ikut menari mengantarkan kita, disambut dengan nyanyian merdu dari gesekan daun-daun kecil tanaman hias yang tertiup angin. Meskipun matahari sedang terik-teriknya, kolaborasi bunga dan dedaunan tadi bisa bantu menyejukkan suasana hati kita.

Saat memasuki bangunan istana, kita dipersilakan untuk melepas alat kaki dan meletakkannya di tempat yang tersedia. Setelah itu, terdapat petugas dari Dinas Pariwisata Siak yang siap melayani dan menyambut kembali para pengunjung setelah diantarkan oleh taman yang indah tadi.

Megahnya Interior Istana

Suasana rapat para petinggi Kesultanan Siak. Perhatikan bahwa kursinya nampak sederhana namun tetap memberi kesan megah (Dokpri)
Suasana rapat para petinggi Kesultanan Siak. Perhatikan bahwa kursinya nampak sederhana namun tetap memberi kesan megah (Dokpri)
Meskipun nampaknya berukuran kecil, tetapi layaknya istana, bagian dalamnya sangatlah megah. Interior Istana Siak dipenuhi oleh perabotan antik peninggalan kejayaan Kesultanan Melayu Siak.

Perabotan tersebut seperti kursi singgasana raja, meja kerja para petugas kerajaan, cermin, dan lainnya. Bahkan keseluruhan barang tersebut disusun sedemikian rupa layaknya Kesultanan Siak di masa kejayaannya.

Baca Juga: Review Lokasi War Takjil Ramadan di Penjuru Kota Perawang

Di beberapa lokasi juga terpasang banyak manekin berpakaian khas Melayu dan sedang duduk bersama layaknya sedang rapat. Seolah-olah kita sedang ikut rapat kabinet bersama para menteri dari Negara Siak ini.

Sehingga, kita seolah-olah memasuki mesin waktu dan kembali lagi ke zaman di mana Kesultanan Siak masih berdaulat. Selain itu, terdapat juga beberapa barang pribadi milik sang sultan dan permaisuri, seperti cermin milik Tengku Sultanah Latifah.

Cermin pribadi milik sang Permaisuri (Dokpri)
Cermin pribadi milik sang Permaisuri (Dokpri)

Salah satu barang yang cukup menarik ialah patung setengah badan Ratu Belanda Wilhelmina. Konon dari berbagai sumber di internet, patung itu merupakan hadiah dari Ratu Belanda untuk Sultan Siak.

Patung setengah badan Ratu Wilhelmina (Dokpri)
Patung setengah badan Ratu Wilhelmina (Dokpri)

Barang dan Foto Antik

Meriam milik Kesultanan Siak tersimpan dan terawat di dalam istana (Dokpri)
Meriam milik Kesultanan Siak tersimpan dan terawat di dalam istana (Dokpri)

Selain inventaris kerajaan dan barang pribadi, di Istana Siak juga tersimpan banyak barang antik dan bahkan persenjataan. Di sini terdapat beberapa unit meriam Kesultanan Siak yang masih tersimpan rapi.

Meriam ini konon digunakan dalam peperangan melawan penjajah ataupun dalam perayaan Kesultanan Siak bersama masyarakat. Bahkan, dikatakan bahwa meriam ini pernah dicuri. Namun, secara ajaib di tengah lautan kapal para pencuri tenggelam saat perjalanan menuju Singapura. Meskipun kisah ini belum bisa saya validasi kebenarannya.

Gramofon yang terpajang di dalam istana (Dokpri)
Gramofon yang terpajang di dalam istana (Dokpri)

Apakah Kompasianers asing dengan benda ini? Kalau dulu Kompasianers penyuka kartun Tom and Jerry, pasti tidak asing lagi dengan gramofon ini. Gramofon ialah alat untuk memutar musik atau suara yang tersimpan di dalam piringan hitam.

Tidak hanya barang, tersimpan dan terpajang juga beberapa foto Sultan Siak di beberapa momen penting. Seperti foto pernikahan Sultan Syarif Kasim II (SSK II) dengan permaisuri pertamanya, foto sultan seorang diri hingga foto SSK II dengan Presiden Soekarno di Jakarta.

Sebab, menurut penjaga, SSK II setelah menyerahkan kerajaannya ke Republik Indonesia, beliau diangkat menjadi staf pribadi Presiden Soekarno. Bahkan beliau sempat ikut berjuang di Aceh melawan penjajah Belanda pada periode Revolusi Nasional Indonesia.

Terdiri Atas Dua Lantai

Suasana lantai dua Istana yang bersekat-sekat. Kalau dilihat-lihat, agak mirip dengan rumahnya Upin Ipin ya (Dokpri)
Suasana lantai dua Istana yang bersekat-sekat. Kalau dilihat-lihat, agak mirip dengan rumahnya Upin Ipin ya (Dokpri)

Pada bagian belakang istana, terdapat tangga melingkar yang memungkinkan Kompasianers mengakses lantai dua bangunan ini. Tiada yang berbeda dari segi isinya di lantai dua ini. 

Tangga melingkar akses menuju lantai dua (Dokpri)
Tangga melingkar akses menuju lantai dua (Dokpri)

Sebab, lantai dua juga diisi oleh berbagai barang antik dan foto layaknya di lantai pertama. Namun terdapat keunikan dalam bentuk dan tata ruangannya. Di lantai dua, seolah-olah kita sedang memasuki rumah pribadi seseorang karena bentuknya yang berkamar-kamar.

Kalau menurut saya, bentuknya mirip dengan rumahnya Upin-Ipin lengkap dengan gorden penutup di bagian pintunya. Dari lantai dua, kita bisa melihat beberapa patung elang yang berdiri di ujung atas pilar istana bagian luar.

Menatap logo elang yang tegak berdiri di pilar istana (Dokpri)
Menatap logo elang yang tegak berdiri di pilar istana (Dokpri)

Namun sayangnya, saya belum bisa mendapatkan akses menuju balkon luar. Sebab pintu akses menuju kesana nampak terkunci semua.

Kisah Unik Sang Sultan Siak

Foto pernikahan Sultan dengan Permaisuri (Dokpri)
Foto pernikahan Sultan dengan Permaisuri (Dokpri)

Saya sempat berbincang dan menggali informasi dari salah satu petugas di Istana Siak. Ternyata, Sultan Syarif Kasim II dari Siak ini adalah seorang pahlawan nasional dan pendukung kemerdekaan Indonesia.Sang Sultan pernah menyumbangkan harta kekayaan kerajaan sebesar sekitar 13 juta gulden untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, Sang Sultan juga rela dan ikhlas turun takhta dan menyerahkan kerajaannya untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

Itulah sebabnya mengapa Kesultanan Siak tidak eksis lagi hari ini. Dari keterangan beliau juga, diketahui bahwa Sang Sultan hingga akhir hayatnya tidak mempunyai anak.

Setelah turun takhta, Sang Sultan beserta permaisurinya pindah ke Jakarta dan menjabat sebagai penasehat pribadi Presiden Soekarno. Namun menjelang akhir hayatnya, Sang Sultan pun kembali lagi ke Siak sebagai rakyat biasa dengan sederhana hingga akhirnya wafat tahun 1968 di Rumbai, Kota Pekanbaru.

Makam Sultan Syarif Kasim II (Tengah) di kawasan Masjid Syahabuddin (Dokpri)
Makam Sultan Syarif Kasim II (Tengah) di kawasan Masjid Syahabuddin (Dokpri)

Sang Sultan akhirnya dimakamkan di kawasan Masjid Syahabuddin yang terletak tidak jauh dari Istana Siak dan tepat di tepi Sungai Siak. Meskipun Sang Sultan telah lama wafat, namun semangat Sang Sultan untuk rela berkorban demi kepentingan nusa dan bangsanya akan tetap terus membara serta menjadi panutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Istana Latifah, Tempat Kediaman Sang Sultan

Di dalam kamar tidur rumah sang Sultan (Dokpri)
Di dalam kamar tidur rumah sang Sultan (Dokpri)

Hanya beberapa langkah dari Istana Siak, terdapat satu lagi bangunan istana yang bentukannya mirip dengan rumah biasa. Itu adalah Istana Latifah atau Istana Peraduan, yang dinamakan berdasarkan permaisuri Sultan Syarif Kasim II.

Berbeda dengan Istana Siak yang digunakan sebagai kantor pemerintahan, Istana Latifah berfungsi sebagai kediaman dan tempat istirahat Sultan bersama keluarganya. Ini juga merupakan mahar pernikahan Sultan bersama permaisurinya Syarifah Latifah.

Bentuk istana ini sangatlah sederhana dan terdiri hanya dari beberapa ruang saja. Di antaranya yaitu ruang tamu dan kamar tidur sang Sultan.

Karena pernah berfungsi sebagai kediaman Sultan, maka Istana Latifah lebih banyak diisi dengan barang-barang pribadi. Seperti perabotan rumah tangga, tempat tidur, hiasan, hingga pakaian permaisuri.

Untuk membantu Kompasianers memahami sejarahnya, di sini juga telah disiapkan berbagai banner yang menjelaskan sejarah dan deskripsi masing-masing barang.

Penutup

Karena telah berdiri selama ratusan tahun dan menelan banyak periode sejarah, Istana Siak tentu menyimpan segudang kisah suka dan duka bersamaan dengan kejayaan Kesultanan Siak.

Berdirinya Istana Siak hingga hari ini menjadi bukti kepedulian pemerintah daerah setempat dalam melestarikan sejarah dan cagar budaya yang ada di wilayahnya.

Tentunya, kita sebagai masyarakat harus ikut mendukung program pemerintah tersebut sebagai bentuk tanggung jawab kita sebagai warga negara yang tidak pernah melupakan jasa para pendahulu dan pahlawannya.

Berkat pemeliharaan sejarah inilah, pada akhirnya kita sebagai masyarakat akhirnya dapat mengetahui sejarah dari Republik Indonesia ini dan bagaimana hebatnya orang Indonesia di zaman dahulu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun