Di tengah derasnya arus informasi dan cepatnya perkembangan zaman, semangat belajar seharusnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap individu. Namun, realitasnya menunjukan bahwa banyak orang justru mengalami kondisi yang dikenal sebagai intellectual laziness atau malas belajar. Ini bukan hanya soal enggan membaca buku atau mengikuti pelatihan, tetapi lebih pada sikap mental yang cepat merasa cukup dengan pengetahuan yang dimiliki, enggan memperbaharui wawasan dan menolak tantangan intelektual baru.
Malas belajar dapat membuat seseorang terjebak dalam zona nyaman intelektual. Ia merasa telah tahu segalanya yang ia butuhkan dan menutupi diri terhadap pengetahuan baru. Padahal, dunia terus bergerak. Ilmu pengetahuan berkembang, teknologi berubah dan tantangan hidup semakin kompleks. Jika seseorang tetap bertahan pada apa yang ia sudah tahu tanpa mau memperluas wawasannya, maka ia akan tertinggal.
Zona nyaman intelektual memang terasa menyenangkan tetapi sangat membatasi perkembangan diri. Otak manusia sejatinya memiliki kapasitas luar biasa untuk belajar, beradaptasi dan berinovasi. Namun, kemampuan ini hanya akan optimal jika otak terus dilatih melalui stimulasi dan tantangan intelektual. Ketika seseorang enggan belajar, otaknya tidak mendapatkan rangsangan yang cukup, sehingga koneksi antara neiron melemah dan kemampuan berpikir kritis menurun.
Menurut Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling (Darmawan, 2021), kebiasaan malas belajar dapat menurunkan fleksibilitas kognitif, yaitu kemampuan untuk mengubah strategi berpikir sesuai dengan situasi. Ini berarti, individu yang malas belajar akan sulit menyesuaikan diri dengan perubahan, baik dalam konteks akademik, dunia kerja, maupun kehidupan sosial. Ia akan merasa cemas menghadapi hal-hal baru dan cenderung bertahan dengan cara-cara lama yang sudah tidak relevan.Â
Labih jauh lagi, malas belajar juga berdampak pada menurunya kapasitas otak untuk berinovasi. Inovasi lahir dari perpaduan pengetahuan yang luas dan kemampuan melihat hubungan antar berbagai konsep. Jika seseorang hanya berpikir dalam ruang sempit pengetahuan lama, maka ia tidak akan mampu menciptakan sesuatu yang baru. Dalam jangka panjang, ini akan berdampak pada produktivitas dan kontribusi terhadap masyarakat.
Di era digital saat ini, godaan untuk bermalas-malasan dalam belajar semakin besar. Informasi memang tersedia melimpah tetapi tidak semua orang memanfaatkannya untuk memperdalam pengetahuan. Banyak yang justru lebih tertarik mengonsumsi konten hiburan instan yang tidak memberi nilai tambah bagi intelektualitas. Akibatnya, pola pikir menjadi dangkal, cepat puas dan tidak tahan terhadap proses belajar yang menuntut kedalaman dan ketekunan.
Untuk mengatasi sikap malas belajar, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan kembali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu adalah akar dari semangat belajar. Ia mendorong seseorang untuk bertanya, mencari tahu, dan tidak puas dengan pengetahuan yang dangkal. Rasa ingin tahu ini bisa ditumbuhkan melalui kebiasaan membaca, berdiskusi serta mengeksplorasi topik-topik baru di luar zona nyaman.
Langkah berikutnya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Lingkungan yang penuh dorongan positif, penghargaan terhadap pencapaian intelektual, dan keterbukaan terhadap gagasan baru akan membuat proses belajar teras lebih menyenangkan. Sekolah, kampus, tempat kerja, bahkan keluarga harus menjadi ruang belajar yang mendorong pertumbuhan intelektual berkelanjutan.
Selain itu, penting juga untuk menanamkan mindset berkembang atau growth mindset -- keyakinan bahwa kemampuan intelektual dapat terus ditingkatkan melalui  usaha dan pengalaman. Dengan mindset ini, seseorang tidak takut gagal atau terlihat kurang tahu, karena setiap kesalahan dipandang sebagai bagian dari proses belajar.
Belajar bukan sekadar kewajiban akademik, melainkan kebutuhan sepanjang hayat. Di era yang bergerak cepat ini, belajar menjadi cara utama untuk bertahan, tumbuh dan memberi dampak positif. Maka, mari lawan kemalasan intelektual dan jadikan belajar sebagai gaya hidup. Karena hanya dengan terus belajar, kita bisa menjaga otak tetap tajam, berpikir luas, dan menciptakan inovasi yang relevan dengan zaman.