Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meneladani Kesederhanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib

3 Mei 2021   15:07 Diperbarui: 3 Mei 2021   15:16 3785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada suatu hari, Al Hasan dan Al Husain menderita sakit. Sayidina Ali dan istrinya bernazar bila kedua putra mereka sembuh, mereka akan puasa selama tiga hari. Atas perkenan Allah, mereka sembuh. Dan nazar pun dilaksanakan oleh keduanya.

Tak banyak makanan yang mereka miliki. Mereka hanya memiliki sepotong roti sebagai bekal berbuka. Saat hendak berbuka puasa pada hari pertama, pintu rumah mereka diketuk oleh seorang perempuan miskin. Ia memohon untuk diberi makanan. Roti itu pun diberikan oleh Siti Fathimah. Hari itu mereka tidak berbuka, karena ketiadaan makanan.

Hal yang sama terjadi pada hari kedua. Sesaat menjelang berbuka, pintu rumah mereka diketuk seseorang. Di balik pintu berdiri anak yatim yang kelaparan. Maka makanan untuk berbuka pun diberikan. Malam itu Sayidina Ali dan istrinya tidur dengan perut lapar.

Di hari ketiga saat melaksanakan nazar, pintu rumah mereka diketuk lagi. Menjelang berbuka itu, seorang tawanan meminta bantuan juga. Maka seperti dua hari sebelumnya, makanan untuk berbuka pun diserahkan. Sayidan Ali dan istrinya berpuasa nazar tanpa sempat menikmati hidangan berbuka.

***

Begitu agung hikmah yang kita petik dari kisah di atas. Sayidina Ali dikenal sebagai khalifah keempat. Satu kedudukan yang demikian tinggi. Kedudukan khalifah kurang lebih sama dengan kepala negara dan panglima di masa kini. Meski demikian, Khalifah Ali dan keluarganya hidup dengan sangat sederhana. Kesan gaya hidup yang mewah dan gemar berpoya-poya sangat jauh darinya.

Kesederhanaan Khalifah Ali telah dikenal secara luas. Fragmen kehidupan mereka di atas menggambarkan kesederhanaan yang luar biasa. Dalam lanjutan kisah itu, disebutkan bila gandum yang mereka olah menjadi roti itu berasal dari upah yang di berikan oleh seorang Yahudi. Sebelumnya, Ali berkhidmat bekerja seharian pada keluarga Yahudi tersebut.

Pelajaran yang kita petik berikutnya, tak ada alasan bagi kita untuk tidak berderma. Memberi bantuan kepada orang yang kesusahan sangat dianjurkan, bahkan mendekati wajib hukumnya. Keluarga Imam Ali bahkan "menggadaikan" keselamatan jiwa mereka demi menolong orang lain yang kesusahan.

Berkat kedermawanannya, Imam Ali mendapat gelar "Imamul Masakin", pemimpinnya orang miskin. Dari kisah hidup Sahabat Ali, kita memetik mutiara hidup yang berkilau. Mari kita mengamalkan kesederhanaan dan kedermawanan dari keluarga agung itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun