Mohon tunggu...
Ivan Leonheart
Ivan Leonheart Mohon Tunggu... Guru - Seasonal Writer: Nulis Ketika Gabut Aja

Gemini | INFJ-T | Tipikal orang yang akan anda katakan "Wah.. Kok gitu?" | Listener to stories | Twitter: @IvanLeonheart English Mentor yang memutuskan untuk putar haluan menjadi Kang Kopi, tapi akhirnya putar balik jadi English Teacher lagi di Cakap | Merantau dari Jawa ke kawasan dekat ibu kota. | A Philosopher at heart, but a realist in the playlist. | A man seeking Wisdom in Life through learning Bible, dan juga belajar Konseling di STTRI | Menulis ketika bosan, sedih, senang, dan kenyang. | Jangan ditunggu tulisan selanjutnya, pasti ngga terbit - terbit.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Genggam Erat Harapanmu!

2 Januari 2018   08:09 Diperbarui: 2 Januari 2018   08:28 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Harapan mungkin sudah basi kita ucapkan setiap kali kita berada dalam momen yang emosional. Banyak reaksi yang beragam ketika kita membahas tentang harapan. 

Ada yang antusias dan percaya bahwa pasti bisa dicapai, ada yang pesimis dan lebih memilih untuk hidup lebih sederhana, ada juga yang tidak memikirkannya dan lebih suka menikmati kehidupan yang sekarang. 

Keberagaman inilah yang akan mempengaruhi sebarapa besar kerja keras dan seberapa besar kemungkinan kita untuk meraih cita -- cita kita.

Sedikit ilustrasi sederhana, lihatlah ikan salmon yang berenang melawan arus sungai. Ikan ini adalah salah satu ikan yang ditakdirkan untuk hidup dalam keadaan yang sulit. Mengapa? Karena ikan salmon harus  berenang menerjang derasnya arus di sungai dan melompat menuju sungai yang lebih tinggi.

Mungkin ini sedikit basi tapi memang benar bahwa kita tidak bisa mengubah masa lalu kita yang sudah terjadi. Apa yang sudah terjadi ya sudah, mau diapakan lagi? Hanya tinggal kenangan kok. 

Kenapa harus meratapi masa lalu kita yang kelam kalau bisa move on dan menata masa depan supaya  menjadi lebih indah? Percayalah, kita tidak akan pernah bisa mengubah masa lalu. Kalaupun kita bisa mengubah masa lalu kita dengan cara berbohong kepada orang lain, masa lalu kita tidak akan berubah kok, kita sendiri juga menipu diri kita sendiri dengan ilusi yang kita buat.

Menaruh harapan pada sesuatu adalah salah satu cara untuk memotivasi diri kita untuk lebih berjuang lagi dalam hidup. Masalahnya adalah ketika harapan kita tidak tercapai, kita cenderung akan pesimis dan tidak percaya lagi pada kekuatan sebuah harapan. Siapa sebenarnya yang salah? Tentu saja kita yang salah, mengapa? Karena kita memberi harapan kepada sesuatu yang belum tentu bisa kita raih.

Orang zaman sekarang suka sekali berandai -- andai dan membuat harapan dengan sangat mudahnya. Memang tidak ada salahnya kok kita membuat harapan, walaupun mungkin itu harapan kecil yang tidak terlalu mengubah dunia kita, namun paling tidak bisa menyemangati kita untuk lebih berkarya dan lebih semangat menjalani hidup ini. 

Lucu ketika kita bertemu dengan seseorang yang menginginkan sesuatu, tapi tidak mau berusaha meraihnya, setelah mengalami kegagalan malah orang itu mengutuk kehidupan dan ingin mati saja. Orang lucu seperti ini sebenarnya kasihan sekali, karena mereka termakan oleh ilusi mereka sendiri dan gagal meraihnya karena tak bisa lepas dari zona nyaman.

Perjuangan tidak pernah ada yang tidak keluar dari zona nyaman kok, tidak ada pahlawan yang terlahir dari kemewahan dan hidup yang nyaman. Mereka disebut pahlawan karena mereka punya Mimpi mereka membawa beban bernama Harapan dan berjuang mati -- matian untuk mewujudkannya. 

Memang selama mereka berjuang pasti ada yang namanya hujatan, gangguan yang beragam, dan juga mungkin faktor X yang berusaha menggagalkan perjuangan mereka. Tidak pernah ada Kenyamanan dalam perjuangan mereka, itulah sebabnya mereka disebut pahlawan, karena mereka berhasil melewati batas dan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun