Mohon tunggu...
Yunus SeptifanHarefa
Yunus SeptifanHarefa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Indah Tapi Tak Mudah

Berkarya untuk Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banyak Gereja Tiadakan Ibadah, Ini Seruan Jangan Takut Mati!

18 Maret 2020   18:37 Diperbarui: 18 Maret 2020   18:39 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitu banyak pesan-pesan yang menakutkan dan mencemaskan kita akhir-akhir ini. Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Semua media dipenuhi dengan berita yang sama, tentang perjuangan untuk mengatasi virus covid-19. Saat ini, setiap kali pemerintah mengumumkan penambahan jumlah kasus corona, kadar ketakutan kita semakin bertambah, terlebih jika yang diumumkan adalah jumlah pasien yang meninggal. Ini akan membuat ketakutan kita semakin memuncak.  

Virus covid-19 ini berhasil  menyentuh ketakutan terbesar manusia, yakni kematian. Tetapi di saat yang sama, virus ini menjadi pengingat bahwa kita bisa mati kapan saja, dengan cara apa saja. Tidak harus karena virus covid-19. Ada banyak penyakit yang lebih mematikan dibanding virus ini.

Namun, dengan adanya virus ini, saya pikir waktunya bagi kita untuk lebih serius membicarakan soal kematian. Kira-kira, kalau hari ini anda mati, apakah anda siap atau tidak? Kalau hari ini anda mati, apakah anda percaya bahwa anda masuk surga atau tidak? Pertanyaan-pertanyaan umum yang sering kita dengar sebagai orang Kristen, tapi dalam waktu ini, mari kita merenungkannya secara lebih dalam.

Saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman saya.

Sebulan yang lalu, sebelum papa saya meninggal, ia sudah berjuang kurang lebih 2 tahun di dalam sakitnya. Banyak jalan dan cara ditempuh untuk mengobati beliau, tetapi pada akhirnya ia harus kembali kepada Pencipta. Tentu saja ini hal yang tidak mudah buat saya. Sungguh, saya tidak bisa menyembunyikan kesedihan saya. Saya melihat beliau menghembuskan nafas terakhirnya dari layar hape. Waktu itu saya tidak bisa menahan air mata. Sepanjang hari, saya hanya bisa menangis.

Tetapi, ada satu hal yang meneguhkan, menguatkan serta membuat saya mampu melewati masa duka itu, yaitu keyakinan bahwa dia sudah tenang bersama Yesus.

Saya ingat sekali, sebelum beliau meninggal, perkataan Yesus ini saya ucapkan berulang kali kepada beliau, "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh. 11:25)". Waktu itu, saya mendoakan dan menguatkan papa, agar beliau jangan takut pada kematian, karena kematian tidak akan memisahkan papa dari kasih Yesus. Ini keyakinan saya. Tak ada sumber kehidupan selain Yesus Kristus.

Di tengah wabah virus covid-19 ini, sebagai seorang percaya, kita harusnya punya keyakinan yang sama, "Jangan takut mati!" Kalau memang kita harus mati karena virus, ya jangan takut!

Saya memuji orang-orang yang pernah berkata kepada saya, "kalau memang karena virus ini, saya harus mati, maka saya tidak akan takut." Saya memuji mereka, asalkan pernyataan itu didasari dengan sebuah keyakinan bahwa rasa tidak takut itu karena iman yang sungguh percaya hanya kepada Yesus Kristus, bukan kesembronoan. Namun, meskipun kita tidak takut pada kematian, bukan berarti kita bertindak bodoh dan bersikap tidak bijaksana. 

Ilustrasinya, jika anda sedang berjalan di sebuah jalan yang ada rel keretanya. Lalu, dari jauh, sudah ada tanda untuk berhenti karena kereta akan segera lewat, penjaga sudah melambaikan tangan tanda berhenti, dan palang pintu sudah melintang di depan anda. Namun, anda tetap menerobosnya. Ini namanya bodoh. Sebagai orang beriman, jangan mengabaikan tanda-tanda semacam itu.

Di tengah mewabahnya virus covid-19 sekarang ini, sudah banyak himbauan dari pihak-pihak berotoritas, berupa larangan dan ajakan untuk menekan penyebaran virus dan dengan melakukannya kita sudah menyelamatkan diri kita sendiri dan juga orang lain. Himbauan dari presiden RI, 

"Kerja di rumah, belajar di rumah, ibadah di rumah."

sumber: twitter
sumber: twitter
Tentu karena banyak alasan, ada pihak-pihak tertentu yang tidak bisa berhenti bekerja mengemban tanggung jawabnya. Kiranya yang berada di posisi seperti ini,  doa saya kiranya semuanya selalu dalam lindungan-Nya. Namun, bagi kita yang masih bisa melakukan himbauan ini, mari kita melakukannya! Karena dengan demikian, kita sudah menolong menekan laju penyebaran virus ini. #dirumahaja

Menanggapi himbauan pemerintah ini, ada banyak gereja-gereja yang membuat kebijakan untuk meniadakan ibadah. Ketika gerejamu  membuat kebijakan untuk meniadakan ibadah selama dua minggu ke depan, jangan berpikir bahwa gereja kurang beriman. Jangan menganggap gereja kurang percaya. Bukan. Bukan itu alasannya.

Kebijakan seperti ini adalah bentuk dukungan kita kepada pemerintah, dan juga bentuk kasih kita kepada sesama, agar tidak terjadi penularan yang lebih banyak lagi. Dengan mengikuti kebijakan ini, bukankah kita sudah terlibat untuk mengasihi orang-orang lain serta ikut di dalam mandat untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita berada?

Lalu, dengan kebijakan seperti ini, apakah ibadah ditiadakan? Sama sekali tidak. Memang betul, ibadah komunal tatap muka ditiadakan. Tetapi, ibadah personal dan ibadah bersama keluarga tetap jalan. Harus dijalankan. Dengan memanfaatkan media online yang begitu maju saat ini, kita masih bisa tetap beribadah kepada Tuhan. Ingat, gereja bukanlah gedungnya, tapi orangnya. Oleh karena itu, tetaplah beribadah di rumah, secara sendiri membangun keintiman dengan Tuhan dan  bersama keluarga membangun ikatan kasih satu dengan yang lain. Di dalam melakukannya, Jangan lupa untuk tetap mengikuti himbauan kesehatan dengan mencuci tangan sesering mungkin dan tetap mengonsumsi makanan yang sehat.

Sampai keadaan sudah membaik, kita akan kembali beribadah seperti biasanya.

Hal terakhir yang ingin saya sampaikan bahwa, virus ini memang menakutkan dan mencemaskan. Ada ribuan orang meninggal karenanya, tetapi ada puluhan ribu orang yang juga sembuh dari penyakit ini. Bahkan kalau ditotal di seluruh dunia maka perbandingannya, 90 % sembuh. Artinya, semua yang terjadi sekarang ini,masih dalam kendali Tuhan yang menciptakan dunia ini. Oleh sebab itu, kita harus bersama mengimani frasa yang berulang kali dikatakan dalam Alkitab. Jangan takut!

Percayalah bahwa  semuanya masih dalam kendali-Nya. Dia Allah yang berkuasa dan berdaulat atas ciptaan-Nya. Sekali lagi, jangan takut.  

Tuhan Yesus Kristus menyertai kita.

Jakarta,  18 Maret 2020

Yunus Septifan Harefa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun