Mohon tunggu...
Wandra Irvandi
Wandra Irvandi Mohon Tunggu... lainnya -

only one

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Menyikapi Perbedaan Pendapat

18 Agustus 2016   02:16 Diperbarui: 18 Agustus 2016   02:45 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apabila kita mengalami perbedaan pendapat dengan seseorang atau siapapun, maka akan ada beberapa pilihan yang harus diperhatikan.

Pertama, tentu saja kita harus merujuk kepada pendapat yang terkuat tentang sesuatu. Pendapat terkuat itu memilki kesesuaian suatu pernyataan dengan fakta yang terjadi, walaupun ada penafsiran lain, maka penafsiran atau pendapat lain tersebut juga harus memiliki landasan yang benar pula yaitu kesesuaian pernyataan dengan fakta, hanya beda persepsi saja.

Kedua, Apabila memang beda persepsi, maka harus ada standar yang dijadikan acuan kapan persepsi tersebut dapat dikatakan benar dan kapan dikatakan tidak benar. Standar yang berbeda maka akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula. Oleh karena itu harus ada kesepakatan terhadap standar yang digunakan, selama tidak ada maka perbedaan yang terjadi sulit untuk dipahami.

Ketiga, apabila standar yang digunakan sudah sama, maka dilakukan dialog secara terbuka dengan melihat argumentasi yang paling kuat. Tentu saja dialog dilakukan bukan karena ada paksaan.

Keempat, Apabila argumentasi yang diberikan sama-sama kuat, maka serahkan kepada ahlinya yang lebih mengetahui. Dan ahli tersebut juga harus memiliki sikap yang objektif dalam meberikan pendapat dan argumentasinya.

Kelima, Apabila terungkap bahwa ada salah satu pendapat yang lemah, maka tidak akan merasa berat hati untuk meninggalkan pendapat yang dianggap lemah menuju kepada pendapat yang lebih kuat, baik dari sisi kesesuai pernyataan dengan kenyataan maupun argumentasi yang diberikan.

Keenam, kita sebagai manusia yang diberikan akal dan selalu ingin memberikan yang terbaik dalam kehidupan kita, tentu saja harus membangun sikap berakhlak mulia dan ilmu, bukan membangun rasa kebencian dan permusuhan yang sangat dalam.

Keenam, sikap permusuhan muncul karena rasa sombong yang kita miliki karena tidak mau menerima kebenaran dan dengan mudahnya merehkan orang lain yang menyampaikan kebenaran tersebut. Sehingga sikap sombong dalam diri ini semestinya jauh-jauh kita buang.

Ketujuh, Apabila sudah meyakini pendapat tertentu, maka pegang teguhlah dan konsisten menjalankan hal tersebut, jangan mudah terombang-ambing dikarenakan sifat sombong yang kita miliki.

Kedelapan, ada ungkapan para ulama yang sangat luar biasa yakni "pendapat kami benar tetapi ada kemungkinan keliru, dan pendapat yang lain keliru, namun ada kemungkinan benar". Termasuk pernyataan "jika suatu pendapat itu benar, maka itulah pendapatku". Bukan malah membela pendapat yang jelas-jelas salah.

Sekian, semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun