Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Relevansi Pesan Moral "Kisah Teladan"

10 Juli 2022   18:56 Diperbarui: 10 Juli 2022   19:14 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila ada buku kumpulan kisah sarat hikmah yang tak lekang waktu, boleh kiranya menunjuk buku karangan Abdurrahman Arroisi bertajuk 30 Kisah Teladan. Tidak saja termaktub dalam satu buku, melainkan terbabar menjadi 12 buku. Walhasil, ada 360 kisah yang diwedar; sungguh wedaran yang amat banyak tetapi ditulis bernas, sederhana, dan tipis-tipis.

Sebagian pembaca telah mafhum nama besar Abdurrahman Arroisi (AA) lewat buku tersebut pada tahun 1989. Ya, seri buku ini adalah terbitan ulang dengan ilustrasi perwajahan elegan-kekinian. Sementara bagi pembaca baru, barangkali menganggap buku ini tertuju untuk usia bocah layaknya hikayat dongeng; dan praduga ini tidaklah tepat.

Kover buku tidak tertampil wajah anak atau ilustrasi bergambar. Kandungan semiotika ini menghasilkan maksud bahwa buku ini tidak ditujukan untuk anak-anak saja. Melainkan kepada semua kalangan; lebih-lebih orang dewasa. Poin ini menjadi semacam pertaruhan tujuan buku bertema nasihat/petuah. Selama ini, kebanyakan buku berlabel kisah teladan memang untuk kalangan anak.

Lain halnya bila kisah-kisah teladan dialamatkan kalangan dewasa. AA sememangnya mengambil langkah tepat. 360 kisah yang diuraikan, kesemuanya merupakan kisah nyata. Hal ini membedai kisah teladan untuk anak yang berbau imajinasi dan kerap di luar nalar. Lantas, apakah AA akan menghindari sama sekali hal tersebut di bukunya ini karena tak sedikit menceritakan pula kisah-kisah yang teranggap ganjil dan musykil inderawi?

Misalnya kisah nomor 29 halaman 99 berjudul Kisah Pohon Mangga. Kisah bertebal hanya dua lembar ini, berisi percakapan Imam Syibli dengan pohon mangga. Bagaimana memaknai cerita tersebut? Apakah sama sifatnya dengan kisah-kisah fantasi yang memang digemari kalangan bocah? Setidaknya ada empat hal penyikapan pembacaan atas hal ini. 

Pertama, kesemua kisah yang diceritakan, tercatat dalam literasi klasik. AA tidak membuat dongengan dengan ragam imbuhan. Dengan kata lain, Imam Syibli merupakan sosok nyata; seorang ulama besar. Adapun Imam Syibli benar-benar bisa berdialog dengan pohon mangga atau tidak, hal itu di luar domain AA selaku pengisah yang tidak dituntut pula validitas cerita.

Kedua, boleh jadi AA berangkat dari teks asli yang memang tersaji apa adanya lalu digubahnya menyesuaikan bentuk bahasa dan strategi pengisahan. Karena itu, kisah pohon mangga tersebut bisa jadi hanyalah sebuah hasil renungan kontemplasi Imam Syibli yang teruraikan dengan pendekatan metafora.

Ketiga, narasi cerita. Pohon mangga bilang, saat manusia melemparinya dengan batu, dirinya tetap memberikannya buah. Ujar pohon mangga: Jadilah manusia sepertiku. Imam Syibli menukas: Bukankah kamu gampang tumbang oleh angin besar. Bukankah lebih baik jadi pohon cemara yang bisa berlenggak-lenggok mengikuti arah angin dan karenanya sulit tumbang.

Keempat, AA menyodorkan pesan moral berupa dua tipikal manusia: munafik dan sejati. Uraiannya: Lebih baik mati terhormat daripada menjual harga diri dengan sikap munafik yang bersedia mengikuti arus ke manapun angin bertiup. 

Kalimat yang menjadi penutup kisah tersebut menjadi satu rangkaian dalam satu teks keseluruhan kisah; tidak lantas  berdiri sendiri sebagai bab pesan moral lazimnya pada buku kisah teladan lainnya. Dengan jalan ini, AA tidak tampak sedang menasihati pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun