Mohon tunggu...
Iteung
Iteung Mohon Tunggu... -

Aktivis Kelompok Pemerhati Bambu Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir dan Bambu

16 Januari 2014   16:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di awal tahun 2014, yang bertepatan dengan musim penghujan, beberapa tempat termasuk ibukota jakarta kembali digenangi banjir. Banjir seolah menjadi ritual yang kerap terjadi di musim penghujan seperti saat ini. Banjir di ibukota menyebabkan kemacetan yang luar biasa dan menenggelamkan ribuan rumah. Bahkan menelan korban jiwa. Banjir bandang juga terjadi di Manado, Sulawesi Utara. Banjir bandang ini, selain merugikan secaramateriil, juga mengakibatkan 13 orang meninggal dunia.

Banyak orang memilih untuk mencari alasan kenapa banjir ini bisa terjadi, karena hal inilah yang paling gampang dilakukan, mencari kambing hitam. Bahkan ada sebagian orang yang menggunakan bencana ini sebagai kesempatan untuk meraih simpati masyarakat menjelang pemilu.

Barangkali tidak ada yang salah melakukan hal-hal itu, sah-sah saja. Akan tetapi akan lebih baik, kalo setiap orang/pihak memberikan kontribusi positif membantu mencarikan solusi yang terbaik bagi penanganan bencana banjir dan pencegahan agar banjir tidak terjadi kembali. Banjir yang kembali terjadi seolah ingin menunjukkan kepada kita bahwa usaha kita belum maksimal untuk mencegah terjadinya banjir. Atau bahkan kita belum berusaha sama sekali. Oleh karena itu, daripada menghujat, menyalahkan, dan mencari kambing hitam, ayo kita mencari solusi dan berbuatagar banjir tidak lagi bertamu ke rumah kita.

Salah satu penyebab banjir adalah kurangnya penyerapan air hujan di daerah hulu, sehingga air hujan yang turun langsung menjadi air permukaan melalui sungai. Kondisi sungai yang bermasalah, akibat pola hidup kita yang buruk, menjadikan sungai kita menjadi tempatsampah, lebar sungai yang jadi sempit akibat pemukiman, dan tingkat erosi yang tinggi menyebabkan sungai menjadi dangkal. Kondisi sungai yang sedang sakit itu, tentunya tidak akan berdaya menampung luapan air hujan yang melimpah. Maka terjadilah banjir.

Salah satu solusi yangbisa dilakukan adalah meningkatkan penyerapan air hujan di daerah hulu dengan melakukan penanaman bambu. Hutan bambu diyakini mampu menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan hutan yang lain. Sebuah penelitian di China, hutan bambu mampu meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah hingga 240% dibandingkan hutan pinus.

Penanaman bambu disepanjang Daerah Aliran Sungai juga sangat berperan dalam mencegah erosi. Erosi yang menyebabkan sungai menjadi dangkal, bisa diminimalkan dengan adanya tanaman bambu di sepanjang aliran sungai. Penelitian Prof. Koichi Ueda dari Kyoto University juga menyatakan bahwa sistem perakaran bambu monopodial sangat efektif di dalam mencegah bahaya tanah longsor.

Jadi mari kita bergerak dan bekerja atasi banjir dengan aksi bersama menanam bambu. Semoga solusi ini bermanfaat dan air hujan menjadi rahmat bagi kehidupan kita.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun