Saya turun bus, sambil menarik kopter, bertanya lokasi cekin Indigo. Buru-buru daya ke sana, diikuti si pemuda Indigo. Tiba di konter, ternyata tinggal kami berdua yang ditunggu. Para petugas bekerja cepat mengerjakan boarding pass, seorang menyerahkannya ke kami sambil berkata, "Sekarang, lari secepatnya ke pintu C13."
Saya berlari, diikuti pemuda Sikh, inipun jauh juga. Tiba di pintu C13, kami dilarang masuk oleh dua petugas bandara, karena di komputer mereka menunjukkan pesawar sudah closed. Mereka menganjurkan kami kembali ke konter Indigo, minta diantar langsung ke pesawat.
Aduh. Saya ngos-ngosan berlari, minta tulung pemuda Sikh untuk kembali ke konter Indigo, bilang hal sama kepada petugas, seperti yang dikatakan petugas bandara. Tapi pemuda Sikh tampaknya tidak paham apa yang saya maksud, jadi saya memutuskan berlari.Â
Saya pun berlari dan berlari, menerjang, sampai hilang pedih perih.
Tiba di konter Indigo, saya menyampaikan pesan petugas bandara. Lalu petugas perempuan berwajah India dengan nama Jamaliah di depan seragamnya, mengambil kedua boarding pas kami, lalu berlari. Dan berlari. Melewati dua petugas bandara.
Kami turun tangga elevator yang panjang, lalu berlari dan berlari, keluar pintu dan di sana bus Indigo menunggu. Kami naik bus itu, dan Jamaliah berkata, ada satu penumpang ketinggalan pesawat ini karena visanya bermasalah.
Turun dari bus, kami memasuki pintu dan naik elevator yang tinggi, berlari dan berlari, dipimpin oleh Jamaliah.
Jamaliah berkata kepada pemuda Sikh, kamu tidak boleh bawa botol berisi air itu. Pemuda Sikh tidak paham, lalu sambil berlari saya menunjukkan gaya minum kepada Sikh, dia malah ketawa melihat saya seperti itu.
Kami melewati sekali lagi alat scan tas yang dibawa ke kabin, sedikit lama karena si pemuda Sikh harus membuka ikat pinggang jam tangan dan lain-lain logam yang dibawanya.
Kami hampir tiba di mulut belalai pesawat. Di sana berdiri petugas airlines, petugas bandara dan mereka yang berseragam lainnya, menunggu. Mata mereka semua tertuju kepada kami. Antara lega dan khawatir, yang dituju sudah datang.
"Thank you so much, Jamaliah," kata saya sambil berjalan cepat, melambaikan tangan.