Mohon tunggu...
Ita Ferisatun
Ita Ferisatun Mohon Tunggu... mahasiswa

saya adalah mahasiswa program studi akuntansi dengan NIM 2307020361 Fakultas Ekonomika dan Bisnis dari Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Perang Dagang Terhadap Perkembangan Industri di Indonesia

15 Mei 2025   17:46 Diperbarui: 15 Mei 2025   17:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi fenomena global yang membawa dampak luas bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Meski konflik ini secara langsung melibatkan dua kekuatan ekonomi besar, efek domino dari kebijakan tarif, pembatasan ekspor-impor, dan perubahan rantai pasok global memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan industri di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Salah satu dampak utama yang dirasakan adalah gangguan terhadap rantai pasok global. Banyak industri manufaktur di Indonesia yang bergantung pada bahan baku atau komponen dari Tiongkok. Ketika tarif diberlakukan dan ekspor-impor terganggu, proses produksi dalam negeri ikut tersendat. Hal ini paling terlihat pada industri elektronik dan otomotif, di mana sebagian besar komponen masih diimpor. Gangguan ini mengakibatkan kenaikan biaya produksi dan keterlambatan distribusi produk ke pasar (Bank Indonesia, 2020).

Namun, di sisi lain, perang dagang juga membuka peluang strategis bagi Indonesia. Ketika AS menerapkan tarif tinggi terhadap produk Tiongkok, banyak perusahaan mulai mencari alternatif basis produksi di negara lain. Indonesia menjadi salah satu negara tujuan yang dilirik karena memiliki potensi pasar domestik yang besar, tenaga kerja yang melimpah, dan kedekatan geografis dengan pasar Asia. Relokasi beberapa perusahaan multinasional ke Indonesia mulai terlihat sejak 2019, dan ini menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan industri, khususnya sektor manufaktur (Kementerian Perindustrian, 2021).

Sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi salah satu yang mendapatkan keuntungan dari kondisi ini. Dengan adanya pengalihan pesanan dari AS yang sebelumnya diambil dari Tiongkok, produsen Indonesia berpeluang mengisi kekosongan pasar tersebut. Bahkan, beberapa produsen mencatat peningkatan permintaan ekspor ke Amerika Serikat pasca memanasnya hubungan dagang AS-Tiongkok.

Meski demikian, Indonesia tetap harus bersikap waspada. Ketergantungan pada kondisi eksternal membuat industri dalam negeri rentan terhadap gejolak global. Ketika ekonomi Tiongkok melemah akibat perang dagang, permintaan terhadap komoditas Indonesia seperti batu bara dan kelapa sawit ikut menurun, menyebabkan tekanan pada sektor ekspor. Industri berbasis sumber daya alam pun perlu berbenah dengan meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi dan diversifikasi pasar ekspor.

Di tengah tantangan dan peluang yang hadir, kebijakan pemerintah menjadi kunci penting. Insentif bagi investor, perbaikan infrastruktur, dan penyederhanaan regulasi akan menentukan apakah Indonesia bisa mengambil manfaat maksimal dari pergeseran global ini. Pemerintah juga perlu memperkuat sektor industri kecil dan menengah (IKM) agar mampu menjadi bagian dari rantai pasok global yang lebih luas.

Secara keseluruhan, perang dagang antara AS dan Tiongkok menghadirkan dua sisi mata uang bagi perkembangan industri Indonesia. Di satu sisi, ada gangguan rantai pasok dan penurunan ekspor komoditas, namun di sisi lain ada peluang untuk menjadi pusat manufaktur baru di kawasan Asia Tenggara. Indonesia perlu bertindak cerdas dan strategis agar tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pemain aktif dalam perubahan peta ekonomi global ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun