Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Fun and Fine

Seorang Kompasioner

Selanjutnya

Tutup

Money

Mekanisme Transmisi dari Kebijakan Moneter BI terhadap Perekonomian Indonesia

8 Oktober 2022   14:38 Diperbarui: 8 Oktober 2022   14:41 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 https://www.ecb.europa.eu/mopo/intro/transmission/html/index.en.html

Pada tanggal 22 September 2022, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunganya, BI 7-day reverse repo rate (BI7DRR), sebesar 50 bps menjadi 4,25%.

 "Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,01% pada paruh kedua 2023, serta memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global..." (dikutip dari laman Bank Indonesia).

Kebijakan moneter sengaja ditempuh, dengan tujuan untuk mempengaruhi beberapa parameter atau variabel ekonomi, seperti tingkat permintaan nasional atau aggregate demand, tingkat harga, dan sebagainya.

Ketika suatu kebijakan moneter diterapkan, maka pengaruhnya terhadap perekonomian tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses yang spesifik, yakni melewati suatu proses mekanisme transmisi (transmission mechanism).

Merupakan suatu keniscayaan, bahwa proses mekanisme transmisi ini harus melalui time-lags (memakan waktu), yang lama waktunya bersifat tak pasti, bervariasi, dan biasanya tidak terjadi secara instan.

Dengan demikian, agak rumit untuk memprediksi besarnya efek, ketepatan (keefektifan), dan kecepatan atas keberhasilan dari suatu langkah kebijakan moneter, terhadap satu perekonomian (terutama, tingkat harga), dengan pengukuran yang presisinya sangat akurat.

Bagan lengkapnya seperti di bawah ini:

Seberapa lama proses 'mekanisme transmisi' itu ?

Lama dari mekanisme transmisi itu relatif, berbeda jangka waktunya antara satu negara dengan negara lainnya.

Di Indonesia sendiri, baru-baru ini beberapa ekonom telah memprediksi tentang hal tersebut, sebagaimana berikut ini:

"... Proses transmisi kenaikan suku bunga terhadap sektor riil, kemungkinan baru bisa terlihat setelah tiga kuartal (9 bulan) ke depan. Bahkan tempo yang dibutuhkan untuk mentransmisi kebijakan moneter ini (yang berupa kenaikan suku bunga) bisa saja terjadi dalam kurun waktu yang lebih lama lagi, karena dianggap likuiditas perbankan saat-saat ini masih cukup tinggi."

Kecepatan dan ketepatan mekanisme transmisi memang bervariasi, misalnya tergantung apakah suatu negara menganut dan mengimplementasikan 'Inflation Targeting' (IT) atau tidak. Selain itu, fundamental makro ekonomi dalam negeri, atau pun kondisi likuiditas luar negeri/ global, turut menentukan. Isu ini sangat menarik untuk dijadikan materi penelitian lebih lanjut.

Pada konteks ini, mitigasi atas resikonya harus dipertimbangkan. Misalnya saja dalam jangka pendek, dampak langsungnya adalah eskalasi terhadap cost of fund, dan sebagainya.

Semoga Indonesia segera pulih dari pandemi, pun tahan (banting) dari gempuran resesi dan uncertainty..

====

Sumber: 

1. Bank Indonesia

https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2425322.aspx#:~:text=Rapat%20Dewan%20Gubernur%20(RDG)%20Bank,bps%20menjadi%205%2C00%25. 

2. European Central Bank (ECB)  

https://www.ecb.europa.eu/mopo/intro/transmission/html/index.en.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun