Tahun 1987 ketika saya membangun Gedung BCA Medan dengan ketinggian Sembilan lantai (zaman itu, inilah gedung Bank tertinggi di Medan). Saya dibantu oleh mandor yang canggih, disegani anak buahnya, sekaligus di sayangi anak buahnya. Nama sang Mandor itu SUGEMA, biasa di panggil GEMA.
Beberapa hari lalu, saya membaca seorang anak muda dengan gelar berderet yang saya tidak familiar dengan gelar itu, MM,CAT,CSA,CWM,CFTe. Seorang penemu Astronacci yang mendapat rekor MURI pada tahun 2014 sebagai "Penemu Metode Analisis Keuangan dengan menggunakan siklus Astrologi dan Fibonacci" dan di liput majalah FORBES sebagai penemu dan trader sukses dari Asia.
Nama anak muda yang sukses itu Gema Goeyardi.
Saya begitu terkesan dengan GEMA.
Dua orang yang saya tahu, dua-duanya sukses. Ada apa dengan Gema? Apakah secara kebetulan mereka memiliki nama Gema? Atau Gema memiliki arti, yang dapat menjadikan seseorang sukses.
Dalam tulisan ini, saya tidak akan mengkaji dua sosok sukses itu. Namun, saya ingin mengkaji perihal gema itu sendiri. Istilah kerennya membahas filosofi gema.
Di dalam ilmu fisika dasar. Gema di ketahui sebagai pantulan bunyi.
Jika kita berbicara. Maka, suara yang keluar dari mulut kita. Akan menjauh dari kita. Lalu, ketika suara bertemu dengan sekat penghalang, sang bunyi akan kembali ke arah sang pembicara. Suara yang di dengar oleh pembicara dan orang sekitarnya, dikarenakan kembalinya suara tadi. Itulah, yang disebut gema.
Ketika, sang suara yang kembali tadi, tidak di dengar secara jelas oleh sang pembicara dan orang sekitarnya. Suara demikian, tidak disebut gema. Tetapi, disebut Gaung.
Untuk memperoleh suara gema yang sempurna, jarak dinding sekat pantulan, minimum 16,2 meter. Kurang dari jarak minimum 16, 2 m, maka suara yang dihasilkannya tidak jelas. Inilah yang disebut dengan Gaung.
Gema dapat juga digunakan untuk mengukur kedalaman laut, dengan sebuah system yang disebut "system Sonar".
Gema menghasilkan suara, sama persis dengan suara asalnya. Ketika kita mengeluarkan suara "saya". Maka, gema akan bersuara saya. Suara asal mengatakan "indah". Maka, gema akan bersuara indah. "saya sukses" gema akan menghasilkan suara saya sukses.
Pada point inilah, gema mulai memasuki filosofi kehidupan. Bahwa, sesungguhnya, apa yang terjadi pada kita, apa yang kita alami saat ini. Sesungguhnya adalah pantulan dari apa yang kita katakan. Apakah itu dikatakan secara verbal dengan suara, atau dalam hati atau juga dengan pikiran.
Suara dengan mulut, suara hati dan suara pikiran, prinsipnya sama. Hanya berbeda dalam kekuatan daya pantul saja.
Kemampuan dengar manusia hanya sampai 90 dB. Namun, pada kondisi demikian, manusia sudah tersiksa. Kondisi nyaman yang dianjurkan 55 dB.
Namun, suara pikiran. Memiliki kekuatan yang tak terhingga. Apa yang kita pikirkan dan yakini. Itulah yang akan terjadi pada kita. Itu sebabnya, orang yang berpikir tentang hal-hal besar akan memperoleh sesuatu yang besar pula.
Untuk memperoleh gema dari pikiran besar itu, sesuai ilmu fisika. Dibutuhkan jarak yang cukup besar (pada suara 16,2 m). Jika tidak, maka output yang diperoleh bukan gema. Melainkan gaung. (dalam ilmu fisika, gaung berarti suara yang tidak jelas)
Itu artinya, diperlukan perpindahan, dari ruang sempit ke ruang yang lebih luas. Hijrah dari kebodohan ke "pintar". Hijrah dari "tidak mungkin" menjadi "mungkin".
Hentikan semua pikiran negative, karena sesungguhnya hal negative yang dipirkan itu, akan berbalik pada diri sendiri. Hentikan berpikir tentang jeleknya orang, karena sesaat setelah pikiran itu. Maka, kau dapati, dirimu sendiri yang jelek. Hentikan berpikir kecil. Karena, sesaat setelah itu, kau akan tetap akan kecil selamanya.
Gema kan hal yang besar. Karena, setelah itu, kau akan dapati, diri mu tanpa kau sadari menjadi besar sendiri.
Gema kan kau akan sukses puasa. Bukan hanya hingga ketika adzan Maghrib berkumandang. Melainkan, suksesmu akan terbebas dari api Neraka dan memperoleh syurga Nya Allah. Maka, pada jeda selanjutnya, kau akan menjalankan taraweh dengan khusuk, menghabiskan malam dengan tadarus Qur'an serta mengerjakan ibadah-ibadah sunah lainnya.