Mohon tunggu...
Ismail Wekke
Ismail Wekke Mohon Tunggu... Dosen - Warga Kota Sorong, Papua Barat

Membaca dengan bertualang untuk belajar mencintai Indonesia...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Harapan untuk Maros yang Berkesan

22 Agustus 2014   16:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:52 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Momentum pelayanan di Maros kembali tersegarkan. Pelantikan anggota DPRD Kabupaten Maros 2014-2019 sudah selesai. Mereka sudah memulai bekerja untuk terus memikirkan rakyat.

Penumpang pesawat yang menuju Makassar sudah mulai akrab dengan kata Maros. Saya pertama kali mendengarnya di penerbangan Sriwijaya. Bahkan Garudapun juga sudah menggunakan frase “Selamat Datang ke Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Maros”.

Termasuk salah satu icon Maros adalah Bantimurung. Setiap akhir semester, ketika masih duduk di bangku sekolah dasar bertempat di Camba, kami satu sekolah pasti mandi-mandinya ke Bantimurung. Murah dan meriah, itu pertimbangannya. Juga dekat dari tempat kami.

Setelah era reformasi, sepertinya tidak ada yang spektakuler dari Maros. Namun, dibalik itu, kepemimpinan daerah sekarang ini punya prestasi tersendiri. Pembayaran sertifikasi guru, dilakukan sesuai jadwal. Paling tidak, itu merupakan sebuah bentuk pengelolaan keuangan daerah yang istimewa. Berikutnya, unutk kali pertama Maros mendapatkan penilaian BPK dengan peringkatn WTP. Artinya, selama ini keuangan daerah sudah begitu baik. Tidak ada lagi pencatatan yang tidak terurus dengan serampangan.

Maka, dengan melihat potensi yang ada, Maros sepertinya akan lebih mudah mengembangkan wisata. Ini dilakukan tanpa merusak lingkungan. Deretan gunung kars yang ada di Baruga dipergunakan untuk pabrik semen Bosowa. Saatnya itu dihentikan. Kawasan kars akan lebih baik dikembangkan menjadi kawasan wisata alam. Dengan penyediaan infrastruktur seperti penginapan dan juga transportasi yang ditata dengan manajemen lebih baik.

Bagi saya diperlukan sebuah langkah politik untuk memberikan dorongan bagi kesejahteraan masyarakat. Pertama, pembentukan desa wisata. Setiap kecamatan dipersiapkan sebuah desa dengan kekhasan alam dan tradisi. Untuk menyebut contoh, di Camba dapat dibuat di Patanyamang atau tempat lain yang sesuai. Setelah membentuk desa wisata, maka langkah selanjutnya adalah promosi desa-desa itu untuk menjadi homestay. Membuka desa wisata bagi wisatawan domestik dan juga asing.

Untuk melihat benchmark, Dinas Pariwisata Kabupaten Maros dapat melihat di Malaysia dan Thailand untuk pengelolaan desa-desa wisata yang menjadi sumber pendapatan masyarakat. Kalau itu terlalu jauh, maka bisa melihat bagaimana desa di Ubud. Lokasi pedesaaan menjadi inspirasi menulis buku, melukis, dan menggerakkan tradisi.

Berikutnya, pengiriman anak-anak muda untuk mendapatkan pelatihan pariwisata. Kerjasama dengan akademi pariwisata di Bandung, Denpasar, dan Medan. Dengan pelatihan baik dengan gelar ataupun sertifikat bisa membekali tenaga pariwisata untuk pengembangan wisata yang berstandar internasional. Ini akan menjadi sebuah atraksi dan destinasi yang baru.

Catatan bagi prakarsa seperti ini harus dituangkan dalam bentuk peraturan daerah (perda) sehingga mendapatkan jaminan untuk kesinambungan. Siapapun bupatinya akan tetap berjalan sesuai dengan rencana strategis.

Pariwisata tidaklah akan berjalan tanpa adanya sumber daya manusia yang memahami segala lingkupnya. Ini tidak dapat dibangun dalam satu tahun ataupun hanya dalam satu periode kepemimpinan bupati. Maka, harus ada persetujuan dan juga dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Bali hari ini, memulai industri ekonomi pariwisata sejak 1980. Mereka mulai menuai hasilnya. Jutaan wisatawan datang dengan uang tunai. Langsung berdampak bagi masyarakat.

Terakhir, usulan saya, perlu ada Tahun Kunjungan Wisata Maros. Istilah kerennya Maros Visit Year. Dengan program ini, sepanjang tahun akan dipromosikan destinasi dan atraksi wisata. Saya teringat setiap acara tujuh belasan Agustus ada lomba Mallampu Ase Lolo. Sepertinya, kalau ini menjadi sebuah festival, akan menjadi icon tersendiri bagi Maros. Dimana supply beras Sulawesi Selatan salah satunya dari Maros.

Ketikan-ketikan saya mungkin saja utopis. Tetapi kalau ini menjadi sebuah ide awal dan dimatangkan oleh birokrat beserta politisi, maka setidaknya akan menjadi langkah dalam membawa masyarakat Maros sejajar dengan masyarakat kabupaten maju lainnya. Tanpa itu, masyarakat Maros hanya akan berbangga dengan hadirnya bandara di Maros, tapi sejatinya hanya uang parkir yang masuk ke kas daerah. Tidak lebih dari itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun