Tidak seru kan, kalau kita sudah antre dan berebut takjil, tapi hanya membeli 1 atau 2 biji? Akhirnya kita membeli dengan jumlah banyak dan bermacam-macam. Jadi deh, Si YONO kabur. Hehehe...
Sedangkan menurut Dr Tjahja Muhandri, yang menyoroti aspek pengawasan terhadap keamanan pangan seperti dikutip dari www.ipb.ac.id/news,
 "karena semua pedagang bisa bebas membuat produk dan buka lapak, maka rentan menimbulkan keracunan atau penyakit. Jadi faktor kebersihan harus diutamakan."
Biar lebih menyentuh dan merasakan fenomena war takjil ini, yuk kita langsung bergabung di lokasi war takjil di sepanjang jalan Kebonsari -Dolopo yang banyak dipenuhi lapak penjual takjil dan menjadi lokasi war takjil.
Keluar dari rumah menuju jalan raya Krandegan -Dolopo suasana masih relatif sepi. Buka puasa masih sekitar satu setengah jam lagi. Di pinggir -pinggir jalan mulai banyak takjil ditata di meja. Dari gorengan, botok, es podeng, sampai lapak bermacam es teh yang memang sudah biasa berjualan. Rata-rata belum ada pembeli.
Sampai depan swalayan Syamsuna, di seberang jalan, pasar takjil mulai diserbu pembeli. Di halaman maju hardware memang tersedia bermacam takjil lengkap sampai sayur bungkus bagi yang malas memasak. Aneka kue lezat , kolak, es, dan warna warni takjil tersedia di sini.
Agak ke timur sedikit, ada lapak gorengan yang tak kalah ramai. Biasanya lapak gorengan ini buka di pagi hari dengan banyak pelanggan. Mungkin mereka biasa membeli gorengan untuk menemani ngopi. Tapi saat puasa sekarang, bukanya sore hari sehabis ashar. Gorengan yang masih hangat menjadi sasaran pembeli yang antri.
Saya berniat belanja di Grosir Dolopo, jadi meneruskan perjalanan lebih ke timur lagi. Di seberang grosir ada penjual bakso kemasan, yang dijual pentolnya saja, tanpa kuah.