Provokator dalam Bis

"Bu, itu tasnya dipangku. Ada penumpang yang berdiri kok tidak punya hati. Ini juga bayar! " Kata seorang lelaki meneriakiku kasar, selisih kira-kira 2 atau 3 deretan di belakangku. 

Aku agak lupa, sepertinya itu Pak Kondektur. 

Baca juga: Menulis di Dalam Bis, Mengapa Tidak?

Aku agak kaget dan mangkel sebenarnya. Tidak biasa nya ada kondektur sekasar itu. 

Meski bus Jawa timuran, kondektur nya biasanya sopan dan menghargai penumpang. 

Bahkan mereka biasanya juga menggunakan boso  kromo kalau berbicara dengan penumpang meski orang Jawa Timur. 

Aku diam, dan beringsut ke satu bangku di samping, dan tasku kuletakkan di bawah kursi. 

Baca juga: Piknik Bersama Balita, Apa yang Harus Dipersiapkan?

Aku juga salah, 2 bangku kupakai sendiri, karena tadi penumpangnya hanya sedikit, dan di belakang banyak bangku kosong. Buat apa duduk berdesakan dan berdempetan kan? 

Aku tak tahu kalau bangku di belakang sudah penuh. 

Baca juga: Elegi Masa Depan Bus Kota

Aku bergeser ke dekat jendela, jadi kursi yang di sebelah kosong, kalau ada yang mau duduk gampang. 

Anehnya, setelah aku bergeser, tidak ada seorang pun yang duduk di sebelahku. Aku penasaran. Tapi diam saja.