Dunia bergerak semakin cepat akibat globalisasi yang meluas. Perkembangan teknologi yang semakin pesat selama beberapa dekade terakhir mengakibatkan manusia mudah untuk bepergian lebih cepat melintasi jarak geografis serta mampu mengerjakan lebih banyak hal dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi manusia dan lingkungan, misalnya penyakit yang berkaitan dengan stres dan perubahan iklim yang cepat. Slow Living muncul sebagai respons terhadap hal ini. Gerakan ini pada dasarnya menganjurkan untuk lebih menghargai waktu daripada uang, agar dapat memperlambat laju kehidupan. Konsep ini mengajak untuk melambat, menikmati setiap momen, fokus pada hal-hal yang penting, dan menemukan keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan kebutuhan diri. Ini bukan tentang menjadi malas, tetapi tentang menjalani hidup dengan lebih santai dan sederhana tanpa tekanan.Â
Yoso Farm merupakan sebuah tempat tinggal di Klaten, Jawa Tengah, yang menerapkan konsep homesteading atau swasembada pangan dengan sistem pertanian terpadu (integrated farming). Didirikan oleh pasangan suami-istri Sri Widodo dan Nurul Fitri Hidayati, mereka memanfaatkan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.Â
Konsep yang diterapkan di Yoso Farm meliputi:Â
- Integrated Farming: Seluruh ekosistem di Yoso Farm saling berkaitan. Limbah organik diolah menjadi kompos, maggot dari limbah dapur digunakan sebagai pakan ternak, dan kotoran ternak diproses menjadi pupuk.
- Kemandirian pangan: Mereka menanam berbagai sayuran, umbi-umbian dan buah-buahan, serta beternak ayam dan lele untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
- Pengelolaan limbah: Hampir tidak ada limbah yang terbuang sia-sia di Yoso Farm. Semua dimanfaatkan kembali untuk mendukung proses produksi.
- Bisnis ramah lingkungan: Setelah kebutuhan pangan tercukupi, hasil produksi seperti media tanam, pupuk organik, dan maggot dijual untuk menambah penghasilan.
- Edukasi: Yoso Farm juga sering menerima kunjungan dari berbagai pihak untuk berbagi ilmu tentang sistem swasembada pangan rumah tangga dan pertanian terpadu.
Yoso Farm dikenal sebagai inspirasi bagi banyak orang yang ingin menerapkan gaya hidup mandiri dan berkesadaran, di mana mereka dapat mengontrol sumber nutrisi dan menjaga lingkungan. Yoso Farm mengajarkan cara menjaga keseimbangan ekosistem melalui daur hidup yang sangat serasi. Seperti, manusia makan sayur kangkung dan telur ayam kemudian sisa batang kangkung yang tidak termasak digunakan untuk pakan magot. Selanjutnya, magot digunakan untuk pakan lele ataupun pakan ayam. Cangkang telur diolah menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman karena mengandung kalium yang tinggi. Lele, ayam, sayur kita makan, dan begitu seterusnya. Gambaran singkat tersebut merupakan pembelajaran bagi kita bagaimana manusia bisa menciptakan keseimbangan ekosistem dimulai dari lingkungan keluarga. Jika semua orang menerapkan prinsip hidup yang sama, maka bukan hal yang mustahil ketahanan pangan nasional dengan mudah tercipta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI