Mohon tunggu...
isti chomah
isti chomah Mohon Tunggu... Lainnya - penyalur literasi 🌻

assalamualaikum selamat membaca :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Gradasi dari Balik Jeruji Besi

30 September 2021   08:49 Diperbarui: 30 September 2021   09:07 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pandangan masyarakat, para pelaku tindak kejahatan yang berhadapan dengan hukum akan mendapatkan stereotype negative yakni anggapan "sampah" yang diterima kepada mereka serta dicap sebagi makluk hina dimana tak lagi berkesempatan dengan layak untuk melanjutkan masa depannya. Hadirnya pemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana di Indonesia memberikan secerca cahaya yang membawa harapan bagi para narapidana untuk menyadari serta mulai memperbaiki hidup, kehidupan serta penghidupan mereka.  

Tujuan dari sistem pemasyarakatan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan yaitu untuk memperbaiki orang -- orang yang menjadi warga binaan (termasuk didalamnya narapidana anak) agar menyadari atas setiap kesalahan yang telah diperbuatnya, tidak mengulangi kesalahannya kembali juga menyiapkan mereka untuk mampu kembali berinteraksi dan menjalani kehidupannya di lingkungan masyarakatnya juga mampu berkontribusi dalam setiap pembangunan bangsa dan negara. 

Para narapidana tetaplah manusia yang tentunya juga akan merasakan konflik dengan diri mereka sendiri. Menyalahkan diri sendiri hingga menghardik takdir Tuhan menjadi alasan renungan mereka. Karena sejatinya setiap manusia memilki ujian serta cobaanya masing-masing sedangkan para naapidana juga mendapatkan ujian salah satunya dengan kehilangan kebebasan bergeraknya. Tak mudah tentunya menjalani hari hari dengan minimnya interaksi. Namun apakah mereka hanya akan menghabiskan hukuman pidannya dengan melamun dan terus menyalahkan? 

Tentu saja tidak. Mereka ditempatkan dalam suatu lembaga pemasyarakatan yang akan menuntun para narapidana untuk menjadi manusia seutuhnya melalui program pembinaan kepribadian serta kemandirian. Manusia seutuhnya adalah mereka yang menyadari dengan sepenuh hati untuk perubahan menjadi manusia yang jauh lebih baik serta mampu membawa manfaat untuk diri dan sekitarnya dari sebelumnya. Karena semua manusia memiliki hak untuk berubah tanpa terkecuali termasuk di dalamnya adalah para narapidana. 

Menurut buku Artistika Manusia Seutuhnya kaya Narendra, manusia seutuhnya adalah mereka yang pandai mencari hikmah walaupun ditempat yang rasanya tidak mungkin ada pelajaran di sana. Life is process of endless learning. There must be situation of rising and falling. Humans can only take lesson when the condition shift. 

So life was purely designed to make our quality as human lift. Life was purposely made to make us a better person.Termasuk di dalam Lapas, pembinaan yang diberikan oleh petugas pemasyarakatan maupun dari instansi lain menjadi kesempatan bagi para napi untuk menambah pengetahuan serta kemampuan yang bermanfaat ditengah segala keterbatasan juga keterpurukan. 

Dengan membantu mereka untuk terus memperbaiki diri, mengolah serta menyiapkan bekal untuk diri mereka baik dari sisi kepribadian  para napi itu sendiri hingga skill ketika mereka telah selesai menjalani masa pidana dan kembali ke ruang lingkup kehidupan masyarakat dengan tidak mengulangi perbuatan kejahatan di kemudian hari. 

Serta manusia seutuhnya adalah mereka yang paham betul bahwa Tuhan itu akan selalu ada bagi mereka bahkan dari dinginnya balik jeruji besi. Gradasi yang dimaknai sebagai suatu pembelajaran hidup bagi narapidana adalah suatu keyakinan bahwa mereka bukanlah orang jahat, namun hanya  tersesat dan belum terlambat untuk bertaubat. Karena tidak semua yang dibalik terali penjara adalah orang jahat dan tidak semua yang yang berkeliaran di luar adalah orang baik. 

Gradasi inilah yang perlu dimaknasi sebagai suatu energi positif yang akan membawa perubahan penting dalam penanganan terhadap para pelanggar hukum (narapidana) menjadi lebih bijak dan humanis. Bagaimanapun juga mereka yang terkungkung di balik jeruji itu adalah manusia, dan harus diperlakukan secara manusiawi tanpa diskriminasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun