Di bagian punggung kaus yang mereka kenakan, ada gambar burung cenderawasih. Sungguh kuat identitas mereka sebagai warga Papua. Sungguh meriah penampilan mereka pada hari yang bertepatan dengan 1 Muharam tersebut.
Menurut saya, memang demikianlah indahnya toleransi di Jakarta. Para pendatang tak harus menyembunyikan identitas kesukuan mereka. Juga, identitas agama mereka. Toh, Jakarta adalah kota yang terbuka bagi berbagai suku, agama, dan bangsa.Â
Di tengah beragam identitas itulah, kebersamaan dibangun bersama. Dan, Jalan Muhammad Husni Thamrin menjadi salah satu saksi berbagai proses keberagaman di Jakarta.
Mahkota dari Tokoh Papua
Apakah aktivitas warga Papua pada hari yang bertepatan dengan 1 Muharam tersebut, terusik? Dari pencermatan saya, tidak. Warga Papua dan warga Jakarta yang hadir di sepanjang Jalan Muhammad Husni Thamrin itu membaur serta berbaur. Terasa sekali, betapa Papua Adalah Indonesia dan Papua Adalah Kita.
Kebersamaan yang demikianlah yang patut kita jadikan inspirasi, untuk menyuburkan spirit toleransi kepada sesama. Untuk bersama merawat negeri ini. Dalam konteks toleransi, menurut saya, kontribusinya tidak bisa hanya bersumber dari satu pihak. Tapi, dari para pihak, dari banyak pihak.Â
Kesadaran para pihaklah yang membuat rasa toleransi tumbuh subur.
Di kota yang dihuni beragam latar-belakang seperti Jakarta, ya semua pihak sudah seharusnya memiliki kesadaran untuk saling bertoleransi. Kadar toleransi para pihak tersebut, tentulah berbeda.Â
Di sinilah perlunya proses. Proses kesadaran juga proses waktu. Nah, tokoh-tokoh para pihak tersebut, menurut saya, punya peran yang lebih, untuk menyemai rasa toleransi.
Baharudin Farawowan, mungkin bisa kita sebut sebagai salah satu contoh. Selaku tokoh warga Papua, ia memasangkan langsung mahkota khas Papua ke kepala sejumlah tokoh di Jakarta, pada Jumat (23/08/2019).Â
Baharudin Farawowan memasangkan mahkota ke kepala Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono, dan Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen Eko Margiyono.
"Saya menyematkan mahkota ini sebagai pesan rakyat Papua, bahwa Jakarta untuk kita semua dan kita semua untuk Jakarta. Dari Tanah Papua untuk Indonesia," ungkap Baharudin Farawowan sembari memasangkan mahkota Papua tersebut ke kepala Anies Baswedan. Saya pikir, pesan rakyat Papua tersebut, bukan hanya untuk ketiga tokoh itu. Tapi, untuk kita semua, yang sama-sama mencintai Indonesia.