Mohon tunggu...
Inggih Suryandini
Inggih Suryandini Mohon Tunggu... Human Resources - Seorang Mahasiswi Psikologi

Semoga semua artikel yang saya tulis dapat bermanfaat :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa Itu Internet Gaming Disorder? Apakah Membahayakan?

16 Juli 2019   09:54 Diperbarui: 16 Juli 2019   10:29 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dewasa ini, masyarakat sudah sangat tidak asing dengan adanya internet. Kemudahan yang ditawarkan teknologi satu ini banyak membuat masyarakat berondong-bondong untuk mempelajari teknologi internet mulai dari remaja, orang dewasa, hingga anak-anak. 

Internet tidak hanya menawarkan kemudahan untuk menemukan informasi terbaru dari seluruh dunia tetapi juga memberi kesenangan dari Internet Gaming. 

Internet Gaming merupakan fenomena permainan yang sangat populer sejak tahun 2012 dimana lebih dari satu milyar orang memainkan permainan tersebut dan jumlahnya terus meningkat (dalam Anggarani, 2015).

Model permainan internet gaming yang membebaskan pemainnya untuk menciptakan karakter permainan mereka sendiri, seperti memilih nama, karakter, membuat pemain terlalu sibuk dengan kehidupan "orang lain" pada kenyatanyaannya hanya dalam permainan sehingga membuat kekaburan antara mana yang nyata dan mana yang bukan. 

Hal ini sering dialami oleh individu yang memiliki harga diri rendah atau masalah emosional. Pemanfaatan teknologi internet pada Internet Gaming menunjukkan bahwa internet merupakan fenomena yang memengaruhi dunia dengan memberikan manfaat dan sekaligus dampak negatif bagi penggunanya (Young dalam Anggarani, 2015).

Salah satu dampak negatif Internet Gaming adalah Internet Gaming Disorder. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kecanduan game tidak hanya dialami oleh remaja, tetapi juga anak-anak dan orang dewasa awal (Kuss, dkk. dalam Anggarani, 2015). Kebanyakan kejadian terjadi di negaranegara Asia yang sebagian besar terjadi pada laki-laki dewasa berusia 12-20 tahun. 

Negara Asia yang dimaksud kebanyakan terjadi di Cina dan Korea Selatan, serta sedikit kasus berasal dari Eropa dan Amerika Utara dengan perkiraan prevalensi cukup tinggi. (Kuss, dkk. dalam Anggarani, 2015) mencatat bahwa prevalensi kejadian internet gaming disorder bergerak dari 0.2% di Jerman sampai 50% pada remaja Korea.

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organizations (WHO) resmi menetapkan Kecanduan game atau Internet Game Disorder ke dalam versi terbaru International Statistical Classification of Diseases (ICD) sebagai penyakit gangguan mental untuk pertama kalinya. 

Dalam ICD-11 (International Classification of Diseases edisi 11) Internet Gaming Disorder didefinisikan sebagai pola perilaku gaming ("digital-gaming" or "video-gaming") yang dicirikan dengan terganggunya kemampuan kontrol diri akibat bermain game. 

Memberikan prioritas yang semakin banyak terhadap game dibanding aktivitas lain sampai batas mengutamakan bermain game daripada hal-hal lainnya dalam keseharian; hal ini berlangsung terus-menerus dan semakin meningkat, walaupun tidak menyebabkan konsekuensi negatif. (WHO, 2018).

Pada bulan Juni 2013, internet gaming disorder masuk sebagai salah satu bentuk disorder di dalam versi terbaru DSM yakni Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders (DSM-5) untuk pertama kalinya. 

DSM-5 menjelaskan bahwa Internet Gaming Addiction berkaitan dengan berbagai macam dampak negatif, antara lain merusak hubungan dalam kehidupan nyata, mengganggu aktivitas masa lalu, tidur, pekerjaan, pendidikan, sosialisasi, dan hubungan. 

Obsesi terhadap permainan menimbulkan kemunduruan hubungan di dalam kehidupan nyata, kurang perhatian, agresif dan sikap bermusuhan, stres, disfungsional koping, prestasi akademik rendah, masalah dengan memori verbal, merasa tidak bahagia dan sendirian. Selain itu, dampak psikosomatis yang dapat terjadi antara lain masalah tidur dan beberapa masalah psikosomatis lainnya. (DSM-5 dalam Anggarani, 2015)

Ciri utama Internet Gaming Disorder adalah partisipasi menetap dan terus menerus dalam game komputer, terutama jenis permainan kelompok, untuk waktu yang sangat lama. 

Permainan ini merupakan kompetisi di antara kelompok atau pemain-pemain (biasanya berasal dari beberapa wilayah, sehingga aktivitas yang terjadi didorong oleh ketidakbatasan waktu) yang menunjukkan adanya interaksi sosial selama permainan. 

Faktor tim menjadi kunci di dalam permainan ini, sehingga ketika ditanya mengenai alasan menggunakan komputer, maka mereka akan menjawab untuk menghindari kebosanan dibandingkan berkomunikasi atau mencari informasi (DSM-5 dalam Anggarani, 2015).

DSM-5 (2013) dan beberapa penelitian menjelaskan simptom-simptom terjadinya internet gaming disorder, seperti keasyikan dengan permainan internet, tanda-tanda menarik diri ketika internet gaming dijauhkan darinya, toleransi, usaha gagal untuk mengontrol diri, kehilangan ketertarikan pada hobi, berlebihan dan berkelanjutan menggunakan internet gaming, dan memiliki hubungan tidak baik di dalam beberapa aspek pribadi seperti menyangkut pekerjaan (dalam Anggarani, 2015). 

Freeman dalam Anggarani (2015) menjelaskan bahwa perlakuan yang paling tepat untuk mengatasi internet gaming disorder adalah dengan menggabungkan antara farmakologi dan psikoterapi. 

Kecanduan bukan karena obat tetapi karena internet gaming, sehingga dopamine dan serotinin bisa diberikan. Sedangkan bentuk psikoterapi yang bisa diterapkan adalah melalui Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Internet Gaming Disorder merupakan gangguan kejiwaan terbaru yang masih memerlukan beberapa penelitian lebih lanjut karena banyak peneliti masih meragukan gangguan kejiwaan ini. 

Kita juga tidak bisa mendiagnosa apakah kita memiliki Internet Gaming Disorder ini tanpa adanya uji tes yang dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Penyalahgunaan diagnosa bisa berakibat pada labelling secara subjektif. 

Namun, sangat baik untuk kita menghindar dari Internet Gaming Disorder dengan cara membatasi penggunaan internet untuk bermain game. 

Bukan hal yang mudah bagi pecinta game online untuk melakukan hal ini, namun demi masa depan yang lebih baik tidak ada salahnya mengurangi hal yang kita sukai.

DAFTAR PUSTAKA

Anggarani, Fadjri Kirana. (2015). Internet Gaming Disorder: Psikopatologi Budaya Modern. Program Studi Magister Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Buletin Psikologi, 23(1), 1-12.

(2018). Kemenkes: Kecanduan Game adalah Gangguan Perilaku. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

World Health Organization. (2018). Gaming disorder. Online Q&A, January 2018. http://www.who.int/features/qa/gaming-disorder/en/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun