Pernahkah kamu membayangkan kalau suatu hari rupiah kehilangan nilainya? Harga sembako naik gila-gilaan, biaya hidup melonjak, dan transaksi digital jadi terasa tidak aman. Nah, di balik stabilnya kondisi keuangan kita sehari-hari, ada satu lembaga yang selalu bekerja keras: Bank Indonesia (BI).
Sebagai bank sentral, BI punya misi utama: menjaga stabilitas rupiah dan memastikan sistem keuangan tetap sehat. Jadi, perannya jauh lebih besar daripada sekadar mencetak uang.
Bank Indonesia (BI) adalah lembaga kunci yang menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999, peran BI sangat vital dan terbagi dalam tiga tugas utama. Pertama, mengendalikan moneter, di mana BI mengatur suku bunga untuk melawan inflasi agar harga kebutuhan pokok tidak melambung. Kedua, menjaga sistem pembayaran; BI memastikan semua transaksi, termasuk pembayaran digital modern seperti QRIS, berjalan lancar dan aman. Ketiga, mengawasi perbankan, yaitu menjaga agar seluruh bank di Indonesia sehat dan masyarakat terlindungi. Tanpa intervensi dan fungsi pengawasan dari BI, nilai Rupiah akan rentan jatuh, sistem pembayaran bisa kacau, dan ketidakpastian ekonomi akan berdampak langsung dan berat pada biaya hidup kita sehari-hari.Â
Contohnya bisa kita lihat saat pandemi Covid-19. Waktu itu ekonomi Indonesia tertekan berat. BI mengambil langkah dengan menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) supaya pinjaman jadi lebih murah.
👉 Hasilnya? Usaha tetap bisa jalan, masyarakat bisa tetap membeli rumah atau kendaraan dengan bunga rendah, dan ekonomi Indonesia tidak terpuruk terlalu dalam.
Jadi jelas, kebijakan BI bukan sekadar teori di atas kertas—tapi benar-benar menyentuh kehidupan kita sehari-hari.
Selain menjaga stabilitas rupiah, BI juga mendorong inovasi keuangan digital. Salah satu terobosan besar adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Dengan satu kode QR, kamu bisa bayar pakai aplikasi apa pun. Praktis, cepat, dan aman. Hingga 2024, sudah ada lebih dari 30 juta merchant di Indonesia yang menerima pembayaran QRIS (Sumber: Bank Indonesia). Ini bukti nyata bahwa BI tidak hanya menjaga stabilitas, tapi juga mendorong masyarakat menuju inklusi keuangan digital.
Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral Republik Indonesia, memegang peran esensial yang jauh melampaui fungsi pencetakan uang. Berdasarkan landasan hukum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, mandat utama BI terfokus pada tiga pilar krusial yang menentukan kesehatan dan stabilitas ekonomi makro. Pertama, BI bertugas menetapkan dan menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan utama menjaga nilai rupiah, yang diimplementasikan melalui pengendalian inflasi agar harga barang kebutuhan pokok tetap stabil dan terjangkau oleh masyarakat. Kedua, BI bertanggung jawab mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, memastikan seluruh transaksi keuangan, termasuk inovasi seperti sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), berjalan aman, efisien, dan inklusif. Ketiga, BI memiliki peran vital dalam mengawasi perbankan untuk memastikan lembaga-lembaga keuangan beroperasi secara sehat, meminimalkan risiko kerugian sistemik, dan melindungi kepentingan nasabah. Tanpa fungsi stabilisasi dan pengawasan ini, perekonomian nasional akan rentan terhadap gejolak nilai Rupiah yang ekstrem, disrupsi sistem pembayaran, dan krisis kepercayaan perbankan, yang semuanya akan berdampak langsung dan negatif terhadap kesejahteraan dan kehidupan ekonomi sehari-hari masyarakat.Â
Menjaga rupiah bukan hanya tugas Bank Indonesia, tapi juga tugas kita sebagai generasi muda. Caranya sederhana: