Mohon tunggu...
Puan Kelana
Puan Kelana Mohon Tunggu... Pejalan Anarki

Alam, Manusia dan Buku https://pejalan151100.blogspot.com/2024/12/eksploitasi-alam.html https://www.facebook.com/Puan.Kelana1511?mibextid=ZbWKwL https://www.kompasiana.com/isra8876

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jangan bicara

18 Oktober 2025   23:10 Diperbarui: 18 Oktober 2025   23:10 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"JANGAN BICARA"

Jangan bicara idealisme, mari berbicara berapa banyak uang di kantong kita. Jangan bicara nasionalisme, mari berbicara bendera merah putih yang di lupakan. Jangan berdebat keadilan, sebab keadilan bukan untuk di perdebatkan, jgan cerita soal kemakmuran sebab. Kemakmuran hanya untuk anjing si tuan. Liat di sini dan di sana, menatap sedih. Para penganggur nampak muruh di pinggir kubur, liat di sana, pencuri antri sebab NASI nya di curi. Jangan bicara soal runtuh nya moral, mari bicara harga diri yang tidak ada arti. 

Jangan bicara tentang cinta, mari berbicara bagaimana membangun institusi keluarga yang loyal. Yang tidak lagi memikirkan kesenangan indrawi, tapi bergandengan tangan untuk membentuk subsistem sosial. Manusia di lahirkan karena bercinta tapi kenapa saling membenci? Berapa banyak ancaman yang menerkan di ujung hidung yang memang tak mancung.

Setiap tindakan punya sebab, berkuasa, mencintai, di tindas dan di hilangkan. Dalam manusia, setiap rasa harus beralasan. Apakah kita peduli? Yang timbul sebab karena kebiasaan. Apakah cinta dan keyakinan perlu dalil dan sajak? Bukankah mengutarakan cinta, moral, akhlak, kemakmuran, keadilan dan kebenaran gampang? Tapi mana buktinya? Bangkitlah negeriku, kenapa semakin terpuruk?

Generasi frustasi, pikiran mirip-mirip linglung dan kasihan itu tubuh. Tinggal harapan dan penantian, jika negara mencintai maka membuat tumbuh, bukan menghabisi kita. Matanya sedikit kering, keriput dan menua, kini cerita di penghujung akhir tahun. Tapi mengapa belum juga datang lamaran, negeri ku punya kekurangan itu mungkin sebab generasi vakum.

Mencari sasaran dan melepaskan keresahan? Mengelu karena kurangnya kenyamanan. Perjuangan tidak cukup dengan berteriak dari badai finansial, tentu saja boleh asalkan kamu merampok, kenyataan memaksa hidup yang keras. Tentang sistem yang membuat banyak orang bekerja setiap hari hanya untuk "bertahan" bukan benar-benar "Hidup" 

Besok pagi, kita ke pabrik kembali bekerja dengan mesin raksasa. Sarapan nasi bungkus dan ngutang seperti biasa.

Jangan lupa membaca  

Yogyakarta, 18 

Oktober 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun