Mohon tunggu...
Vox Pop

411: Rabia Indonesia

1 November 2016   16:04 Diperbarui: 1 November 2016   16:19 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.al-monitor.com

Viral seruan untuk turun ke jalan pada tanggal 4 Nopember nanti sudah menjadi issu nasional. Bahkan presiden Jokowi dua hari ini melakukan safari melobby banyak tokoh seperti Prabowo Subianto -yang menjadi harapan ummat Islam di 2014 lalu- dan para ulama Nu, Muhammadiyah, dan MUI untuk membahas demonstrasi besar yang bertajuk “Aksi Bela Islam” tersebut.

Aksi besar yang direncanakan dihadiri lebih dari 500.000 massa ummat Islam ini mengingatkan saya kepada aksi besar yang di gelar serupa untuk melawan rezim militer Mesir yang melakukan kudeta berdarah dan merebut kekuasaan presiden terpilih Muhammad Moorsy. Ribuan orang dilaporkan menjadi korban keganasan militer Mesir saat itu dan melahirkan symbol perlawanan yang kita kenal sebagai “Rabia”.

Sama seperti di Mesir, di Indonesia pun isu aksi besar ini menjadi pembicaraan hangat di media sosial sejak jauh hari sebelum hari H. Para pekerja kantoran baik swasta maupun PNS ramai-ramai berencana mengambil cuti pada hari tersebut. Dari beberapa grup Whatsapp dan facebook yang saya ikuti beberapa dari mereka beralasan bahwa pasti akan menimbulkan kemacetan luar biasa di Ibukota Jumat nanti. Namun ada pula yang beralasan lebih serius seperti ketakutan akan terjadinya chaos dan bentrokan massa karena isu-nya menyerempet masalah agama dan kitab suci.

Analisa lebih jauh lagi disampaikan bung Deni Siregar via weblog-nya, pengamat Timur Tengah ini menyampaikan bahwa ada kemungkinan besar massa akan dibentrokkan dengan polisi dan militer, karena dari famplet -famplet yang tersebar dimana-mana, bertuliskan kata "jihad" dan himbauan bagi peserta aksi untuk "tulis surat wasiat". Seruan-seruan tersebut menurut Deni Siregar adalah usaha provokasi besar bahwa kematian saat aksi nanti sangat diharapkan oleh mereka yang berada di belakang layar.

Lebih lanjut Deni menjelaskan bahwa di setiap aksi perlawanan terhadap rezim di Timur Tengah selalu terdapat peran Ikhwanul Muslimin. Kelompok ini adalah pendukung utama pecahnya revolusi yang kita kenal sebagai The Arab Spring. Sebuah revolusi yang mengantarkan masyarakat Arab menjadi lebih demokratis seperti saat sekarang walau gagal di beberapa tempat hingga menyisakan percikan revolusi dan pertumpahan darah sesama saudara hingga saat ini. 

Gerakan ini di Mesir menyisakan duka mendalam, Moorsy dan ribuan pendukungnya hingga hari ini masih ditahan dan kabarnya siap untuk di eksekusi melalui tiang gantungan. Namun Ikhwanul Muslimin bukanlah gerakan kemarin sore. Di banyak Negara ia menjadi kekuatan penyeimbang dengan karakteristik lokal-nya masing-masing, bahkan di Indonesia semua tahu mereka bertransformasi menjadi kekuatan partai politik yang disegani.

Kita tidak ingin berandai-andai bahwa Jumat nanti akan menjadi “Rabia Indonesia” karena begitu massif dan kuatnya seruan para ulama untuk membela agama Islam. Ribuan massa dari berbagai daerah siap memenuhi Masjid Istiqlal kemudian turun ke Jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka, agar penista agama segera ditangkap dan di adili. AA Gym, yang selama ini dikenal kalem, memberikan komentar bahwa jika ini dianggap serius oleh Presiden Jokowi, maka ini tidak akan berdampak luas dan panjang.

Kita berharap Pihak Polri yang telah menginstruksikan siaga satu bagi personil Brimob sejak Jumat tanggal 28 Oktober lalu, memang disiagakan untuk urusan Pilkada bukan untuk menghalau massa yang akan berkumpul di Masjid Istiqlal nantinya. Semoga damai selalu Indonesiaku!

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun