Mohon tunggu...
Isna Kamal
Isna Kamal Mohon Tunggu... Human

fot The Task

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisa Permasalahan "Pedagang Cilok Pangkal Sekolah" saat Pandemi Covid-19

10 September 2021   06:03 Diperbarui: 10 September 2021   07:27 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisa Permasalahan "Pedagang Cilok Pangkal Sekolah" saat Pandemi Covid-19

ISNA KAMALIA

210503110052

Perbankan Syariah

2 tahun lebih sudah Indonesia mengalami keterpurukan akibat adanya pandemi yang tak kunjung mereda. Dimana banyak merugikan sektor-sektor usaha besar maupun kecil. Pandemi telah menjadi momok besar bagi sektor ekonomi, pariwisata, religi / keagamaan, dan Pendidikan utamanya. Covid -- 19 itulah sebutan medis untuk wabah ganas yang tidak hanya menyerang Indonesia. Dari sinilah banyaknya pengalihan profesi maupun inovasi cara setiap orang untuk tetap bertahan melawan keganasan pandemi, baik mempertahankan perokonomian maupun kerekatan Bersama keluarga, teman, saudara, sahabat, dan kerabat. Banyaknya pegawai yang terPHK, pengurangan kegiatan guru pendidik, dan sepinya perdagangan membuat tingginya lonjakan pengangguran di Indonesia. Namun setiap orang mempunyai cara tersendiri untuk tetap mensejahterakan kehidupan di masa Pandemi ini. Ada pun beberapa sektor yang sedikitnya memiliki keuntungan dimasa Pandemi, yakni:

  • E-Commerce / belajar secara digital atau online
  • Logistik (JNE, J&T, Pos Indonesia)
  • Telemedicine dan Farmasi
  • Food Delivery
  • Home Fitnes
  •  Dll

Kembali lagi pada pembahasan dampak pandemi pada sektor perekonomian, dimana banyaknya sekolah-sekolah di rumahkan, tidak hanya guru saja yang terdampak dalam lingkup ini, namun juga pedangan kecil di pinggiran gerbang sekolah yang lebih parah terasa surutnya penghasilan. Yang dulunya semua strategi pemasaran mereka sangatlah pas dan tepat. Namun kini mereka harus merasakan down nya strategi pemasaran yang telah mereka tekuni sejak lama.

Salah satu dari banyaknya pedagang kecil pangkalan sekolah adalah Pak Aco dan Bu Nining ini, asal mereka (pasutri) itu dari Jawa Barat. Diamana mereka merantau ke Jawa Timur, Jombang tepatnya dikarenakan bea hidup di Jombang sangat pas dan minimalis untuk mereka yang harus membesarkan 3 putra putri mereka, tidak terlalu mahal namun semua terjamin akan kebutuhannya. Sudah 4 tahun berjalan Pak Aco itu menekuni bisnis cilok pangkal dari sekolah ke sekolah. Namun karena adanya wabah Pandemi Covid-19 ini, dimana para pengajar dan murid sekolah di wajibkan untuk berkegiatan dari rumah, dengan bagitu secara tidak langsung juga mengharuskan para pedagangnya juga merasakan sepinya pelanggan. Yang awalnya hanya Pak Aco saja yang berjualan cilok gerobak an, kini  Bu Nining yang awalnya hanya IRT (Ibu Rumah Tangga) juga berinisiatif untuk menambah sedikit pemasukan ekonomi dengan ikut Pak Aco dagang cilok gerobak mulanya, dan kini mereka telah memiliki gerobak masing--masing. Namun hasil penjual an tak seramai dan selaris dulu sebelum adanya pendemi. Sebelum adanya pandemi biasanya Pak Aco berjualan pangkalan di sekolah-sekolah SD ataupun MI yang ada di Jombang, MIN. KAUMAN Jombang salah satunya. Namun kini mereka berinisiatif untuk saling membagi tugas, Ibu Nining sekarang berpangkal di pinggiran trotoar stadion MERDEKA Jombang dan Pak Aco berkeliling menjajakan dagangannya ke kampung-kampung tetangga. Dengan letih dan peluh nya mereka berdagang sampai sore menjelang maghrib, tak sering juga dagangan mereka laku keras dan selalu habis. Terkadang jika dagangan mereka masih tersisa, maka mereka mengembalikan lagi kepada Bos pabrik cilok. Apalagi di usia mereka yang sepantasnya untuk tidak terlalu letih berdagang di luar an sana, namun ada sedikit motivasi dari ucapan Bu Nining yang membuat saya terguncang akan ketangguhan nya, " Aduh neng-neng, meski sekalipun dunia dan kehidupan ini menua, namun untuk semangat janganlah luntur juga. Apalagi para berdasi (misalnya) memakai penutup telinga dan mata untuk kami rakyat kecil" ujarnya sambil terkekeh. Kini bagaimanapun keadaan negara saat ini, sangatlah sulit mengembalikan seperti sedia kala seperti sebelum adanya pandemi ini. Sektor ekonomi pedagang telah kehilangan sedikit dari banyaknya strategi pemasaran, apalagi untuk mereka yang berusia-usia 50 tahun an ke atas. Dimana mereka kudet/tertinggal akan kecanggihan teknologi . Ada7 strategi yang harus mereka kembangkan inisiatif berstrategi pemasaran lagi, yakni:

  • Produk ( Product), dimana mereka juga harus mengembangkan sedikit menu-menu tambahan lain, soal ragam cita rasa yang mereka tawarkan misalnya.
  • Harga (Price), untuk masalah harga berilah sedikit potongan harga atau tidak bonusan dengan minimal membeli produknya Rp 5.000 mendapat 1 biji tambahan misalnya.
  • Tempat (Place), masalah utama yang ada pada Pasutri itu (Pak Aco dan Bu Nining) dalam berdagang. Untungnya mereka sudah berinisiatif saling membagi tugas. Ada yang berjualan keliling dan berpindah pangkal di suatu tempat selain sekolah-sekolah.
  • Promotion, hamper sama dengan trik pada harga, namun untuk ini dengan memberikan bonusan produk saat membeli minimal dengan harga yang telah di tentukan.
  • Orang (People), dengan adanya inovasi pembagian cara kerja, maka pelanggan mereka tidak hanya mengacu pada 1 strategi saja, melainkan adanya banyak pelanggan yang awalnya kalangan anak-anak sekolahan kini tanpa jauh-jauh para ibu-ibu, pemuda, bahkan remaja juga tak sungkan untuk membeli jajanan mereka.
  • Proses (Process), namun untuk mendapatkan banyaknya pelanggan tak semudah kita untuk membalikkan telapak tangan. Mereka juga butuh proses ketertarikan pelanggan kepada produk jajanan mereka.
  • Tampilan Fisik (Physical Evidence), tampilan fisik yang di maksud adalah bisa jadi dari cara pengemasan, kebersihan, maupun takaran bumbu di setiap porsinya.

Dengan begitu kita bisa mengambil hikmah pandemi untuk para pedagang utamanya, yakni "Teruslah berinovasi meski untuk diri sendiri mulanya".

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun